Review Novel : Sabtu Bersama Bapak

06.38

Sabtu Bersama Bapak


Penulis : Adhitya Mulya
Penyunting : Resita Wahyu Febiratri
Proofreader : Yuke Ratna P & Mita M. supardi
Desainer Sampul : Jeffri Fernando
Penata Letak : Landi A. Handwiko
Penerbit         : Gagas Media
Tahun Terbit : 2015
Tebal Buku : 278 Halaman
***

Video mulai berputar
“Hai, Satya! Hai, Cakra!” Sang Bapak melambaikan tangan.
Ini, Bapak.
Iya, benar kok, ini Bapak
Bapak Cuma pindah ke tempat lain. Gak sakit. Alhamdulillah, berkat doa Satya dan Cakra
Mungkin Bapak tidak dapat duduk dan bermain di samping kalian.
Tapi, Bapak tetap ingin kalian tumbuh dengan Bapak di samping kalian.
Ingin tetap dapat bercerita kepada kalian.
Ingin tetap dapat mengajarkan kalian.
Bapak sudah siapkan.
Ketika kalian punya pertanyaan, kalian tidak perlu bingin kemana harus mencari jawaban.
I don’t let death take these, away from us
I don’t give death, a chance.
Bapak ada di sini. Di samping kalian.
Bapak sayang kalian.”
Ini adalah sebuah cerita. Tentang seorang pemuda yang belajar mencari cinta. Tetang seorang pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang baik. Tentang ibu yang membesarkan mereka dengan sepenuh kasih. Dan…, tentang seorang bapak yang meninggalkan pesan dan berjanji selalu ada bersama mereka.
***
"Bapak minta kalian bermimpi setinggi mungkin. Dengan syarat, kalian merencanakannya dengan baik. Bapak minta kalian bermimpi setinggi mungkin. Dengan syarat, kalian rajin dan tidak menyerah." -halaman 151

Novel ini menceritakan tentang kehidupan keluarga Garnida. Tentang Gunawan Garnida, seorang suami dan bapak yang sangat bertanggung jawab dan memiliki perencanaan yang baik. Tentang Ibu Itje Garnida, seorang istri serta ibu yang sederhana dan keras kepala karena tidak ingin membebani anak-anaknya. Dan tentu saja, tentang Satya dan Cakra, dua orang anak laki-laki di keluarga Garnida. Keduanya tumbuh  dengan baik dan tanpa kehilangan sosok ayah dalam setiap masa perkembangan mereka walaupun ayah mereka harus pergi untuk selama-lamanya saat usia mereka masih muda. Gunawan memberikan ‘warisan’ berharga yang selalu dijadikan pedoman hidup bagi Satya dan Cakra. Ya, kumpulan video yang selalu mereka tonton setiap hari sabtu.

Ide cerita novel ini bisa dikatakan sangat menarik. Tidak banyak orang tua yang memiliki sikap perencanaan baik terhadap masa depan keluarganya, seperti yang dilakukan ol
eh Bapak Gunawan. Media yang menjadi fokus utama pada novel ini adalah video yang direkam oleh Gunawan Garnida saat ia sakit di tahun 1991. Penggunaan media ini adalah salah hal unik yang menjadi daya tarik utama dari novel ini.

Novel ini menceritakan kehidupan Satya dan keluarga kecilnya, kehidupan ibu Itje yang menjanda di masa tuanya serta Cakra yang tetap menjomblo disaat usianya sudah cukup matang untuk berumah tangga. Kehidupan keluarga Garnida ini diceritakan secara bergiliran. Perbedaan gaya penulisan sangat terlihat. Gaya penulisan cerita kehidupan Satya dan Mamah Itje lebih formal dan serius sedangkan cerita Satya dituliskan dengan ringan diselingi dengan kalimat-kalimat yang mengundang tawa. Tidak hanya itu, ada pula beberapa catatan kaki yang menggelitik.

Penokohannya sangat kuat dan jelas, baik dari deskripsi secara fisik, pekerjaan bahkan sikap-sikap mereka sehingga tokoh menjadi hidup dalam imajinasi pembaca. Setting luar negeri (Copenhagen) pada cerita Satya juga diceritakan dengan baik.Ada kejanggalan yang ditemukan dalam novel ini. Menurut bab pertama setelah prolog, pada tahun 1993, Satya berusia 8 tahun dan Cakra berusia 5 tahun. Berarti Satya lahir pada tahun 1985 sedangkan Cakra lahir di tahu 1988. Tetapi mengapa usia Cakra di tahun 2016 adalah 30 tahun? Bukankah seharusnya 28 tahun?. Dalam beberapa kalimat percakapan juga menggunakan bahasa Sunda tetapi ada beberapa kosakata dalam bahasa Sunda yang tidak dituliskan miring.

Sabtu bersama Bapak cocok dibaca oleh kalangan berbagai umur, karena selain sarat dengan nilai-nilai kehidupan, novel ini juga mengutamakan cerita tentang kekeluargaan. Tentang bagaimana persiapan menjelang kehidupan baru, tentang menjaga hubungan dengan pasangan, orang tua maupun mertua.

Novel ini juga telah diadaptasi menjadi sebuah film dengan judul yang sama. Film yang rilis di tanggal 5 Juli 2016 ini dibintangi oleh beberapa aktor dan aktris kenamaan diantaranya Abimana Aryasatya, Ira Wibowo, Arifin Putra, Deva Mahenra, Acha Septriasa, Sheila Dara Aisha dan beberapa pemeran pendukung lainnya. Film yang meraup 639.530 penonton ini bisa dikatakan berhasil menjadi salah satu film drama bertema keluarga yang direkomendasikan. Visualisasi sesuai dengan ekspektasiku dan alur ceritanya juga serupa dengan novelnya.

"Manusia ditempatkan di dunia untuk membuat dunia ini lebih baik untuk sebagian orang lain. Jika pun seseorang sudah berguna bagi 1-2 orang, orang itu sudah membuat dunia ini jadi tempat yang lebih baik" -halaman 31.



You Might Also Like

0 komentar