Review Novel : The Dearest

07.27

The Dearest


Penulis : Tinny Najmi
Penyunting : Zahra Haida
Proofreader : Ocllivia D.P
Desainer Sampul : Thesa Kurnia Sary
Tahun Terbit : Mei, 2017
Tebal Buku : 342 halaman
Penerbit : Penerbit Pastel Books

Bukankah kehilangan itu menyakitkan?
Pantaskah kita bersedih atas kehilangan sesuatu yang bukan milik kita?
Karena sejatinya, diri kita pun bukan milik kita.
Lantas, apa artinya memiliki

Alfanin merasa bimbang. Ayahnya baru saja menerima pinangan dari seorang pemuda untuk menikah dengannya –tanpa izin dan sepengetahuannya. Siapa pria itu? Alfanin sendiri pun belum mengenalnya sama sekali.

Jika di awal dia dituntut menerima pilihan yang membuatnya bingung sekarang dia diminta memilih pilihan yang membuatnya bingung setengah mati. Menolongnya atau tidak sama dengan menikahinya atau tidak. Sekarang semua berada di tangannya.

Hati kecilnya tersentuh untuk menolongnya, tapi haruskah dia menikah dengan pria pilihan ayahnya, yang ternyata bukan orang yang baik? Yang tidak mencintai dan dia cintai? Haruskah alfanin menghapus seluruh perasaannya kepada Arham, ini bukan masalah cinta. Tapi komitmen. Sanggupkah Alfanin menjalani semua ini?
***

Alfi Kamali Rafanda, cowok tampan dan kaya raya. Statusnya sebagai anak tunggal pemilik pusat perbelanjaan ternama membuat kehidupannya menjadi sangat bebas, suka berfoya-foya, mabuk dan main wanita. Alfi juga tidak percaya akan Tuhan. Sedangkan Afanin Huriyah Hurwaida adalah seorang guru TK dan pengajar di pesantren. Gadis yg sholeha, taat pada agama dan orang tua.
Alfi dan Afanin bertemu karena Abi-nya Afanin diam-diam menerima pinangan dari ayah Alfi tanpa diketahui oleh anak-anak mereka. Penerimaan itu tentu sangat membuat Afanin kecewa, karena saat itu ia sedang mengagumi Arham, lelaki yang juga menyukainya.  Ketika dihadapkan pada pilihan yang rumit tersebut Afanin mengetahui ‘rahasia’ Alfi, sehingga membuatnya bimbang dengan pilihannya. Sanggupkah ia menjalani kehidupan rumah tangga dengan lelaki yang tidak sesuai dengan ekspektasinya?

"Setiap pilihan ada resikonya dan apa pun itu, kita harus menghadapinya karena hidup adalah pilihan" -hlmn. 84

***
The Dearest menghadirkan kisah yang biasa dengan eksekusi luar biasa. Bisa dikatakan novelnya memiliki tema yang standar, dijodohkan dengan seseorang yang tidak pernah dibayangkan, disaat kita sudah memiliki seseorang yang diidamkan. Seseorang yang sama sekali tidak sesuai dengan kriteria idaman kita. Tapi, eksekusinya berhasil banget! Aku salut dengan penulis, bisa menghadirkan kisah yang mampu mengaduk-aduk emosi pembaca. Aku suka dengan cara penulis membangun chemistry kedua tokohnya. Menyesuaikan diri dengan pelan tapi pasti. Selain itu, penulis juga sangat total dalam melakukan riset. Semua hal yang disampaikan sangat detail dan mudah dipahami dengan penyampaian yang tidak kaku. 

Novel ini menggunakan POV campuran. Pada bagian prolog menggunakan POV 3, sedangkan pada bab-bab selanjutnya menggunakan POV 1 versi Alfi dan Afanin. Namun POV1 ini tidak selalu digunakan di semua bab. Perbedaan gaya bahasa saat bercerita membuat pembaca bisa dengan mudah membedakan dan mampu menyelami karakter Alfi dan Afanin dengan mendalam. Tapi, kalau aku sih lebih suka jika penyampaiannya konsisten dari satu POV hehe.. Lebih nyaman aja pas baca.

Tokoh-tokohnya juga sangat loveable. Dari Alfanin aku belajar untuk sabar, ikhlas serta selalu melibatkan Tuhan dalam setiap keputusan yang kita ambil dalam hidup. Dari Alfi aku juga belajar untuk tidak menuruti ego dan cepat bangkit dari keadaan terburuk dalam hidup dengan tidak terus menerus menyalahkan keadaan. Request boleh kak Tinny? Mau dong kisahnya Mas Ilham dituliskan dalam satu novel *pembaca banyak mau wkwk*

Buat kamu yang suka dengan novel romance bernuansa islami, novel ini adalah salah satu yang aku rekomendasikan. Meskipun banyak memuat hal-hal islami, tetapi secara keseluruhan penulis berhasil menyampaikan mengenai beberapa hal yang dapat diterima secara universal. Utamanya tentang hubungan manusia dengan Tuhan, pemahaman hukum karma sebagai sebab dan akibat dari perbuatan serta menjalani kehidupan rumah tangga yang dilandasi oleh agama dan bertujuan untuk menyempurnakan ibadah.

Oya, satu hal lagi.. Mungkin koreksi untuk blurb back covernya ya. Semoga pas cetak ulang nanti, nama Alfanin bisa diganti dengan Afanin. Hihii..


“Bahagia itu bukan karena apa atau siapa, melainkan diri kita sendiri. Bukan karena mudah maka jadi optimis, tapi karena optimis maka semuanya jadi mudah. Bukan karena dunia tertawa maka kita tertawa, tapi karena tertawa maka dunia pun tertawa bersama kita. Bahagia sesederhana itu.” –hlmn. 303

You Might Also Like

0 komentar