Review Novel : Istri Cadangan

01.09

Istri Cadangan

Penulis : Mounalizza
Editor : Afrianty P. Pardede
Tebal Buku : 315 Halaman
Penerbit : Elex Media
Tahun Terbit : 2017



Ibra mencintai Marrisa, tetapi Marrisa lebih mencintai karier yang belum bisa dia raih sempurna. Sementara Rahma tak peduli arti cinta, belum mengerti lebih tepatnya. Ketiganya terlibat dalam perjanjian sensitif yang bisa saja melukai hati masing-maing. Dan sekali lagi, ketiganya memiliki alasan berbeda untuk menjalankannya. Seakan rasa tak terlalu penting untuk diperhatikan.

Ketika tantangan menjadi sebuah tanggung jawab berat di hati. Maka hati dengan mudah dipermainkan oleh sebuah janji. Apalagi jika janji tak bisa ditepati seperti awal. Akibatnya, awal rasa baru tumbuh enjadi sebuah perasaan terlarang.  Akhirnya yang terlarang dipatahkan oleh sebuah rasa yang tak terkalahkan. Dialah cinta, karena cinta semua bisa menjadi mudah. Atas nama pernikahan semua bisa menjadi indah.

Sanggupkah Marrisa memberikan tantangan ini? Sanggupkah Rahma memikul tanggung jawab sementara itu? Dan apakah Ibra juga sanggup memenuhi janjinya untuk sebuah kebahagiaan? Tak terlena karena seorang cadangan?
***

“Menikah itu untuk menyambung keturunan, Sayang. Aku mau pernikahan yang normal. Punya anak lalu hidup bahagia. Sederhana.” –halaman 7
Ibra punya cinta yang luar biasa tulus kepada Marrisa. Wanita itu adalah cinta pertamanya, yang selalu ia perjuangkan sejak lama. Meskipun berkali-kali ditolak, ia pantang menyerah mendapatkan cinta Marrisa. Hingga Ibra membujuk Rissa dengan berbagai cara agar mau menerima pinangannya.
Sayangnya permintaan Abraham Sarha –Ibra– itu tidak sesederhana itu. Marrisa tidak bisa menyanggupinya karena ia tidak tertarik dengan kehidupan berumah tangga seperti itu. Ia ingin meraih mimpinya menjadi seorang model internasional yang belum bisa diraihnya. Kebebasan yang ditawarkan oleh Ibra membuat Marrisa menerima pinangannya dengan dalih memperjuangkan karier yang dirintisnya. Masalah tidak berhenti sampai disana, orang tua Ibra menuntut untuk segera diberikan cucu, sehingga Marrisa memutar otaknya untuk mencari solusi terbaik bagi mereka.

Pertemuannya dengan saudara sepupunya, Rahma membuat Marrisa mendapat solusi terbaikl. Terlebih saat itu Rahma juga tengah mengalami kesulitan. Marrisa meminta Rahma untuk mengandung anak Ibra dan juga menikahi Rahma sebagai istri kedua. Istri cadangannya!
***

Istri cadangan. Dari judulnya aja, aku udah mikir aneh-aneh. Apalagi sejak baca prolog, aku dibuat cengo dengan perjanjian yang disampaikan oleh Marrisa. Bisa ya kepikiran buat perjanjian gila  dan konyol seperti itu? Tapi hal itulah yang terjadi. Ibra, Marrisa dan Rahma terlibat permainan dalam pernikahan yang rawan membawa perasaan.

Dari awal alurnya cukup cepat, interaksi Ibra-Rahma mengalir dan kocak banget.  Di awal pernikahan mereka aneh dan canggung, lalu mereka beradaptasi  hingga jadi klik. Rahma suka baperan dan Ibra yang ceplas-ceplos menyenangkan. Menjelang akhir cerita, alurnya menjadi lebih lambat dan kurang greget karena sudah bisa ditebak kelanjutannya seperti apa. Overall, aku sangat menikmatinya karena banyak kejutan yang dihadirkan. Tapi memang porsi kehadiran Marrisa kurang sehingga konflik jadi kurang memuncak. Meskipun begitu, penulis berhasil menghidupkan tokoh-tokohnya. Aku geregetan dengan sikapnya Marrisa. Selain itu, kadang pengin banget menyadarkan Rahma atas keputusannya yang mudah menyerah dan tidak mau memperjuangkan suara hatinya. Ibra juga menurutku terlambat menyadari dan mengambil keputusan hehe..

Sebelum dipublikasikan dalam bentuk buku cetak, cerita ini sudah lebih dulu diunggah di akun wattpad. Tapi berhubung aku tidak membaca versi wattpadnya jadi tidak bisa membandingkannya. Yang udah baca versi wattpad dan versi cetaknya, bisa share pengalaman membaca kamu ya!

Karena ini cerita Le Marriage series, jadi dilarang baper ya! Meski tidak ada adegan eksplisit tapi cukup kentara karena kehidupan pernikahan mereka. Dari kisah Ibra-Rahma-Marissa, kita diajak memahami bahwa sesungguhnya kehidupan pernikahan itu bukanlah suatu permainan. Permainan yang melibatkan perasaan, rawan menimbulkan konflik batin di kemudian hari. Sebelum akhirnya kita terjerat dan termakan omongan sendiri, lebih baik disudahi bahkan tidak usah dimulai. Rahma juga membuktikan, yang cantik akan kalah dengan yang memberikan perhatian. Tuhan juga akan memberikan pasangan yang kita butuhkan, bukan sosok yang kita idamkan.
 “Ya, cinta akan datang di waktu yang tepat dan tempat yang tepat. Terkadang yang ad di hadapan bukanlah pilihan dari Yang Maha Mengetahui untuk kita dapatkan. Sekuat apa pun kita memaksa, jika bukan pilihan tepat, dia akan mundur dengan sendirinya. Digantikan dengan pilihan paling baik untuk kita. Dan saat kita sudah sadar, rasa syukur menjadi pemenang. Menang karena obsesi sesaat mulai runtuh menghadapi gempuran tulusnya cinta. Percayalah. Tinggal tunggu saja bagi kalian yang belum menemukan. Karena cinta tahu ke mana dia harus pulang. Cinta itu akan pulang ke rumah dengan sendirinya.” –halaman 311

Review Novel : Finally Mr. Right

07.03

Finally Mr. Right

Penulis : Shita Hapsari
Penyunting : Fitria Sis Nariswari
Perancang Sampul : Titin Apri Liastuti & labusiam
Pemeriksa Aksara : Intan Puspa
Penata Aksara : Martin Buczer
Penerbit         : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : Agustus 2015
Tebal Buku : 322 Halaman


Ava memiliki sejumlah impian tentang pernikahan idealnya. Salah satunya melangsungkan acara sakral itu secara tematik bersama Cindy dan Disti. Masalahnya hari pernikahan kedua sahabarnya sudah ditentukan tahun depan, sementara Ava sendiri masih jomblo!
Menurut Cindy dan Disti, jodoh yang diharapkan Ava terlalu konyol dan tidak realistis. Ava menyusun kriteria calon pendamping hidup berdasarkan karakter dan adegan dalam film-film favoritnya. Bahkan ia merancang beberapa skenario untuk mengetes mereka.
Hans dengan sosok rockstar-nya, selesai. Didit dengan karakter bagai bintang Hollywood favorit Ava, kandas. Roki yang diakui Ava sebagai cowok ganteng dan rapi, gagal di kencan pertama. Lalu, ada Kenzo, seseorang laki-laki yang cukup mendekati kriteria. Namun, setelah melalui tes rancangan Ava, masih ada saja yang membuatnya ragu.
Harapan Ava menipis. Kieran, partner bisnisnya yang masih lajang pun kini telah menemukan cewek incaran. Jadi, siapa yang akan menjadi lelaki yang tepat untuk Ava? Tidak hanya ava yang bimbang, tetapi juga Cindy dan Disti yang ikut gemas. Rencana pernikahan tematik ini terancam gagal!
***

“Kita cuma mau berharap kali ini lo mau berpikir rasional. Bukan berarti lo menurunkan standar. Lo bisa memulai segala sesuatunya dengan membuka diri, menerima, mengenai, baru kemudian menilai. Jangan buru-buru memberi cap pada orang tertentu hanya karena orang itu –di dalam kepala lo- kelihatan sesuai. Usia kita sekarang menuntut untuk mencari calon suami beneran.” –halaman 28

Novel ini bercerita tentang Ava yang kurang beruntung dalam hal percintaan. Kedua sahabatnya Cindy dan Disti, masing-masing sudah menemukan pasangan, sementara ia sendiri masih berstatus jomblo. Disadari atau tidak, menjomblo disaat usia sudah matang dan teman-teman sudah punya gandengan itu seperti memberikan tekanan sendiri. Nggak heran kalau Ava berusaha nyari jodoh, blind date dengan cowok rekomendasi teman-temannya. 

Seperti judulnya, Finally Mr. Right, proses pencarian si Mr. Right ini sangat panjang dan banyak tantangan sehingga alur ceritanya menjadi lambat. Ava memiliki rencana pernikahan idaman dan skema pria ideal yang sudah ia kumpulkan dalam sebuah buku. Kriteria pria idealnya banyak dipengaruhi oleh adegan dan karakter dalam kisah film favoritnya sehingga pilihan-pilihannya pun tidak jauh dari apa yang ia tuliskan disana. 

“Mungkin dia memenuhi segala fantasimu tentang cinta dan pria ideal. Tapi apa kamu yakin mau menikahi sebuah fantasi yang entah akan bertahan berapa lama sebagai fantasi” -halaman 242

Banyak hal yang ditunjukkan oleh penulis yang menjurus pada ending dan konflik yang akan dihadapi. Akupun sempat mengira endingnya sesuai dengan di buku, tapi penulis memunculkan berbagai kemungkinan yang ‘mengulur-ulur’ sehingga mempengaruhi prediksiku. Meskipun begitu, aku tetap menikmati membaca setiap lembarnya.

Penggunaan POV 1 membuat kita semakin dekat dengan sosok Ava. Pembaca seolah diajak menjadi sahabat Ava. Complicated dan baper-bapernya cewek tuh dapet banget! Ava, tokoh utamanya adalah cewek yang mandiri dan berani. Meski aku kadang sebel sama sikapnya, tapi aku salut dengan semangatnya dalam menghidupkan mimpi-mimpinya meski banyak yang meragukan. Gaya penulis bercerita juga sangat asyik, seolah mendengarkan Ava mengoceh langsung pada kita.

Aku suka cara Ava dan Kenzo membangun hubungan, smooth tapi progresif. Mereka bener-bener mengajak pembaca baper karena mereka kencan! Kenzo ini tipikal idaman aku sih. Jarang lo kita bisa ngobrol tanpa henti sama cowok dengan topik apapun dan dia selalu punya cara yang spontan dalam melakukan kegiatan yang menyenangkan. Tapi tokoh favoritku ya tetap Kieran. Berhubung aku nggak pernah punya sahabat cowok jadi ya kadang pengin juga seperti Ava. Punya sahabat yang sepemahaman, selalu jadi tong sampah curhatan dan selalu siap pasang badan buat membela kita. How sweet!

Dari kisah Ava, kita belajar untuk hidup dengan realistis, tidak terlalu dipengaruhi dengan kisah fiksi yang kita baca atau kita tonton. Karena nyatanya, tidak semua hal di dunia ini terjadi sesuai yang kita harapkan. Seringnya kita terlalu fokus terhadap sesuatu yang belum pasti sehingga melupakan hal-hal penting disekitar kita. Begitu pula dalam cinta, mengutip apa yang dikatakan oleh Ava bahwa jalan menemukan Mr. Right kadang tidak panjang dan tidak berliku. Hanya sayangnya, kita buta membaca rambu.

Yang masih merasa ragu dengan keberadaan si Mr. Right, coba deh lihat ke sekeliling mungkin aja jodohnya sudah terlihat tapi kita yang belum sadar.

“Untunglah cinta tak pernah terlambat. Ia hanya datang dan pergi sesuai jadwalnya sendiri. Seperti lirik lagu-lagu pop bilang : love will find a way” - halaman 312

Review Novel : Sabtu Bersama Bapak

06.38

Sabtu Bersama Bapak


Penulis : Adhitya Mulya
Penyunting : Resita Wahyu Febiratri
Proofreader : Yuke Ratna P & Mita M. supardi
Desainer Sampul : Jeffri Fernando
Penata Letak : Landi A. Handwiko
Penerbit         : Gagas Media
Tahun Terbit : 2015
Tebal Buku : 278 Halaman
***

Video mulai berputar
“Hai, Satya! Hai, Cakra!” Sang Bapak melambaikan tangan.
Ini, Bapak.
Iya, benar kok, ini Bapak
Bapak Cuma pindah ke tempat lain. Gak sakit. Alhamdulillah, berkat doa Satya dan Cakra
Mungkin Bapak tidak dapat duduk dan bermain di samping kalian.
Tapi, Bapak tetap ingin kalian tumbuh dengan Bapak di samping kalian.
Ingin tetap dapat bercerita kepada kalian.
Ingin tetap dapat mengajarkan kalian.
Bapak sudah siapkan.
Ketika kalian punya pertanyaan, kalian tidak perlu bingin kemana harus mencari jawaban.
I don’t let death take these, away from us
I don’t give death, a chance.
Bapak ada di sini. Di samping kalian.
Bapak sayang kalian.”
Ini adalah sebuah cerita. Tentang seorang pemuda yang belajar mencari cinta. Tetang seorang pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang baik. Tentang ibu yang membesarkan mereka dengan sepenuh kasih. Dan…, tentang seorang bapak yang meninggalkan pesan dan berjanji selalu ada bersama mereka.
***
"Bapak minta kalian bermimpi setinggi mungkin. Dengan syarat, kalian merencanakannya dengan baik. Bapak minta kalian bermimpi setinggi mungkin. Dengan syarat, kalian rajin dan tidak menyerah." -halaman 151

Novel ini menceritakan tentang kehidupan keluarga Garnida. Tentang Gunawan Garnida, seorang suami dan bapak yang sangat bertanggung jawab dan memiliki perencanaan yang baik. Tentang Ibu Itje Garnida, seorang istri serta ibu yang sederhana dan keras kepala karena tidak ingin membebani anak-anaknya. Dan tentu saja, tentang Satya dan Cakra, dua orang anak laki-laki di keluarga Garnida. Keduanya tumbuh  dengan baik dan tanpa kehilangan sosok ayah dalam setiap masa perkembangan mereka walaupun ayah mereka harus pergi untuk selama-lamanya saat usia mereka masih muda. Gunawan memberikan ‘warisan’ berharga yang selalu dijadikan pedoman hidup bagi Satya dan Cakra. Ya, kumpulan video yang selalu mereka tonton setiap hari sabtu.

Ide cerita novel ini bisa dikatakan sangat menarik. Tidak banyak orang tua yang memiliki sikap perencanaan baik terhadap masa depan keluarganya, seperti yang dilakukan ol
eh Bapak Gunawan. Media yang menjadi fokus utama pada novel ini adalah video yang direkam oleh Gunawan Garnida saat ia sakit di tahun 1991. Penggunaan media ini adalah salah hal unik yang menjadi daya tarik utama dari novel ini.

Novel ini menceritakan kehidupan Satya dan keluarga kecilnya, kehidupan ibu Itje yang menjanda di masa tuanya serta Cakra yang tetap menjomblo disaat usianya sudah cukup matang untuk berumah tangga. Kehidupan keluarga Garnida ini diceritakan secara bergiliran. Perbedaan gaya penulisan sangat terlihat. Gaya penulisan cerita kehidupan Satya dan Mamah Itje lebih formal dan serius sedangkan cerita Satya dituliskan dengan ringan diselingi dengan kalimat-kalimat yang mengundang tawa. Tidak hanya itu, ada pula beberapa catatan kaki yang menggelitik.

Penokohannya sangat kuat dan jelas, baik dari deskripsi secara fisik, pekerjaan bahkan sikap-sikap mereka sehingga tokoh menjadi hidup dalam imajinasi pembaca. Setting luar negeri (Copenhagen) pada cerita Satya juga diceritakan dengan baik.Ada kejanggalan yang ditemukan dalam novel ini. Menurut bab pertama setelah prolog, pada tahun 1993, Satya berusia 8 tahun dan Cakra berusia 5 tahun. Berarti Satya lahir pada tahun 1985 sedangkan Cakra lahir di tahu 1988. Tetapi mengapa usia Cakra di tahun 2016 adalah 30 tahun? Bukankah seharusnya 28 tahun?. Dalam beberapa kalimat percakapan juga menggunakan bahasa Sunda tetapi ada beberapa kosakata dalam bahasa Sunda yang tidak dituliskan miring.

Sabtu bersama Bapak cocok dibaca oleh kalangan berbagai umur, karena selain sarat dengan nilai-nilai kehidupan, novel ini juga mengutamakan cerita tentang kekeluargaan. Tentang bagaimana persiapan menjelang kehidupan baru, tentang menjaga hubungan dengan pasangan, orang tua maupun mertua.

Novel ini juga telah diadaptasi menjadi sebuah film dengan judul yang sama. Film yang rilis di tanggal 5 Juli 2016 ini dibintangi oleh beberapa aktor dan aktris kenamaan diantaranya Abimana Aryasatya, Ira Wibowo, Arifin Putra, Deva Mahenra, Acha Septriasa, Sheila Dara Aisha dan beberapa pemeran pendukung lainnya. Film yang meraup 639.530 penonton ini bisa dikatakan berhasil menjadi salah satu film drama bertema keluarga yang direkomendasikan. Visualisasi sesuai dengan ekspektasiku dan alur ceritanya juga serupa dengan novelnya.

"Manusia ditempatkan di dunia untuk membuat dunia ini lebih baik untuk sebagian orang lain. Jika pun seseorang sudah berguna bagi 1-2 orang, orang itu sudah membuat dunia ini jadi tempat yang lebih baik" -halaman 31.