Review Novel : Me Time

06.22


Cerita Mamah Muda : Me Time

Penulis                 : Lea Agustina, Ken Terate, Ruwi Meita, Mia Arsjad, Donna Widjajanto
Penyunting         : Donna Widjajanto
Penyelaras Aksara: Dwi Ratih Ramadhany
Perancang Sampul: Orkha Creative
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit      : 2018
Tebal Buku          : 272 halaman
ISBN                      : 9786020387413

Sinopsis
Anak yang menangis dan bertengkar satu sama lain. Suami yang cuek. Cucian baju dan piring yang menumpuk. Lantai rumah yang lengket karena belum dipel. Belum lagi pekerjaan demi sesuap berlian yang juga meminta perhatian.
Dilanda berbagai beban itu, apa lagi yang paling dibutukan para mama muda selain me time? Sejenak rehat dari hiruk pikuk rumah tangga dan kehidupan.
Namun, apakah me time dapat diperoleh dengan mudah? Bagaimana kalau me time malah menggiring mama muda kepada kepanikan baru, eksplorasi jati diri, kenangan masa lalu, jodoh kedua atau malah melontarkannya ke masa depan?
Nikmati kisah-kisah me time yang dirangkai lima pengarang yang juga mama muda dalam antologi ini.

“Setiap orang butuh sendiri. Kupikir itu tidak egois. Bukankah kita harus tetap menjaga kewarasan kita?”-halaman 142.
Kalau sudah menikah apalagi punya anak, Me Time bagi wanita jadi hal yang langka. Novel ini berisikan lima kisah mamah muda yang ditulis oleh lima orang penulis kenamaan. Kisah mereka pun bermacam-macam. Seperti yang dituliskan dalam sinopsis, ada yang menjadi istri, ibu bahkan ada juga yang bekerja. Gimana kisah-kisah mereka? Yuk intip reviewnya!

1.    Save The Last Dance – Lea Agustina
Bercerita tentang kesibukan Maya, sebagai ibu rumah tangga dan juga ibu bagi tiga orang balita. Setelah menikah, ia fokus mengurus keluarganya dan melupakan impiannya sebagai penari. Saat keinginan Me Time dan kesempatannya datang, tiba-tiba ia keadaannya berbeda. Maya berhasil mewujudkan mimpinya, meskipun segalanya terasa aneh.
Kisah Me Time-nya Maya ini seru banget. Dengan menggunakan POV3, pembaca diajak mengingat kembali masa muda Maya saat masih menari. Kisah pertemuannya dengan Reno, suaminya yang sangat unik. Ada unsur-unsur fantasinya, perpindahan cerita juga sangat mulus sehingga aku ikutan tercengang saat mendapati keadaan berubah. Bahkan sampai akhir cerita, masih menyisakan tanda tanya. Kok bisa gitu ya, gimana ceritanya?

2.    Setelah Fio Hadir –Ken Terate
Kisah ini tentang Asti, ibu dari bayi berusia 10 bulan. Novella ini menceritakan kisah Asti-Edo yang berjuang memiliki buah hati. Asti bahkan harus merelakan resign dari pekerjaannya demi bisa fokus melakukan program kehamilan. Bahkan hingga Fio hadir, segalanya belum berhenti. Justru baru dimulai. Perjuangannya menjadi seorang ibu muda yang kadang juga sering repot dan kewalahan mengurus bayi.
Novella ini dituliskan dengan alur maju mundur dengan POV 1. Meskipun belum pernah mengalami, aku bisa memahami apa yang dirasakan oleh Asti. Berbagai emosi yang dia rasakan dari sebelum hamil, hingga melahirkan dan membesarkan Fio tersampaikan padaku. Perjuangannya sangat luar biasa. Semua ibu adalah orang yang hebat. Tapi, keberhasilan itu juga tidak terlepas dari dukungan orang disekitar seperti suami, orang tua, mertua dan sebagainya. Kadang kita merasa idealis tentang anak, tapi kita juga harus realistis. Menjadi orang tua harus tetap have fun.

3.    The Singing Coffin – Ruwi Meita
Bercerita tentang Diani, seorang single mom dari anak dengan Anthophobia. Yang juga mengelola toko bunga. Berbagai trauma berkenaan dengan bunga dan juga peti mati. Belum lagi kemampuan istimewa yang dimiliki Diani, kadang ia masih suka terbayang-bayang dengan kenangan tersebut. Diani kemudian bertemu dengan seseorang yang punya pengalaman serupa dengannya, bahkan menawarkan me time dengan cara berbeda.
Dengan alur maju mundur dengan POV3, cerita ini diramu apik khas Ruwi Meita. Di tangan beliau, kisah seorang mama muda pun bisa terasa beraura gelap dan terasa mencekam. Endingnya pas, manis dan bikin penasaran!

4.    Pangeran Untuk Nina – Mia Arsjad
Kisah ini tentang Nana, working mom, ibu tunggal bagi Nina dan juga beberapa ekor kucing. Kesibukan dan kekacauan yang terjadi di rumah, membuat Yama –kekasihnya mengusulkan me time untuk Nana. Yama menyanggupi akan menggantikan peran Nana selama ia berliburan. Berhasilkah ia menikmati me time-nya?
Kisah Nana ini manis banget. Relate bagi kita semua, bukan hanya para mamah. Kalo lagi mumet sama kerjaan, sama ‘kekacauan’ di rumah, opsi liburan emang paling tepat sih. Sama Nana, aku belajar untuk lebih woles dan mempercayai orang lain karena memang nggak semua hal bisa kita handle sendiri. Jadi lebih spontan juga hihi.. Sosok Yama juga pengertia banget. Sepakat deh sama usul Wina 

5.    Tiket – Donna Widjajanto
Berawal dari ketinggalan pesawat, Illi  yang juga ibu dari dua orang anak akhirnya dapat menikmati me time-nya. Meskipun tidak disengaja, moment ini menjadi pengingat bagi Illi untuk lebih memikirkan dirinya sendiri. Terlepas dari perannya sebagai ibu, tapi juga menemukan jati diri dan apa yang diinginkannya.
Baca kisah ini bikin mewek, segitunya ya jadi ibu? Meskipun sempat mengalami krisis identitas, beruntunglah Illi tetap mendapat dukungan dari suami dan orang tuanya. Dengan POV 3, dan alur maju mundur kita diajak untuk bernostalgia pada awal pernikahan Illi dan Carlo. Keputusan mereka untuk menikah muda, mengambil resiko. Salut deh pokoknya dengan Illi.
Kisah mamah muda ini menginspirasi kita untuk tetap menikmati hidup dengan cara kita sendiri, sesibuk apapun kita. Me time sangat diperlukan untuk menyegarkan diri dari segala rutinitas, tapi juga menemukan hal baru yang menarik dan membuka kesempatan serta pengalaman baru. Rekomended bagi para mamah muda dan juga bagi keluarga, agar bisa mendukung me time bagi para mamah. Karena mengutip kata Carlo, suami Illi, bahwa kebahagiaan para ibu adalah fondasi bagi rumah dan keluarga. Selamat membaca!

“Menurutku, seharusnya me time itu tidak hanya digunakan untuk istirahat dan refreshing, tapi juga harus bisa digunakan untuk mengembangkan diri.” –halaman 267