Review Novel : Me Without You (Blogtour Giveaway)

18.41

Me Without You

Penulis : Kezia Evi Wiadji
Penyunting : Ani Nuraini Syahara
Desain : Amanda M.T. Castilani
Ilustrasi : Sierra Aine
Penerbit : Penerbit Bhuana Sastra (Imprint Penerbit Bhuana Ilmu Populer)
Tahun Terbit : Desember, 2016
Tebal Buku : 251 halaman
ISBN : 978-602-394-381-4




Mona
Gadis kolokan, keras kepala dan ceroboh. Memulai kehidupan barunya sebagai mahasiswi di Yogyakarta bersama Ronald, kakak yang disayanginya.
Ronald
Kepala program studi sekaligus dosen favorit. Mendapat ultimatum dari orangtuanya untuk menjaga Mona, adik semata wayang yang dikasihinya.
Hubungan baik dan rukun kakak beradik sedari kecil ini terkoyak ketika seorang cowok berhasil mencuri hati Mona. Juga karena munculnya seorang wanita dari masa lalu Ronald.
Ketika rahasia hati telah dibuka dan masa lalu yang kelam menjadi saksinya, dapatkah hubungan Mona dan Ronald kembali seperti semula?
***

“Jika kesalahan masa lalu hanya bisa ditebus dengan pengorbanan, aku akan melakukannya dengan senang hati, Tuhan.”
-halaman 228

Ketika membaca sinopsisnya, aku membayangkan berbagai kemungkinan jalan cerita novel ini. Kebiasaanku tiap baca novel memang. Tapi aku sama sekali nggak ada gambaran apa pun saat membaca sinopsisnya. Masih perlu banyak hal untuk bisa menyatukan kepingan-kepingan puztzle yang berserakan di kepalaku. Begitu pula saat membaca puisi di bagian Prolog, aku sibuk menerka-nerka. Nggak nyangka aja kalau ceritanya bisa ‘disimpan rapi’ begitu. Mbak Evi jago eksekusi twist di setiap novelnya. As always.

Satu hal lagi yang jadi ciri khas Mbak Evi yang paling aku suka adalah bahasanya yang mengalir, page turner banget! Nggak kerasa aja udah sampai terakhir, saking asyiknya baca. Novel ini lebih dari sekedar novel remaja. Konflik yang disuguhkan sebenarnya cukup rumit, tapi disampaikan dengan baik oleh penulis. Ada beberapa part dalam novel ini yang buat aku jadi teringat sama suasana awal ketika merantau sekaligus menjadi mahasiswi baru seperti Mona. Jadi kangen juga dengan suasana ngumpul sama keluarga. Jadi kangen banget sama mama. Lewat novel ini aku dapat pelajaran berharga, agar berdamai dengan masa lalu seberat apa pun kita melaluinya dulu. Aku juga menyadari bahwa Kemaha Kuasaan Tuhan selalu kita alami dan rasakan dalam kehidupan kita.

Novel ini mengambil setting di kota pelajar, Yogyakarta. Ronald dan Kennath diceritakan berada di kampus yang sama meski berbeda fakultas. Selain kehidupan kampus, Kennath dan Mona juga banyak mengajak pembaca untuk berkunjung ke spot-spot menarik di Yogyakarta dan sekitarnya. Tidak ketinggalan mencicipi berbagai kuliner khas yang buat kita lapar seketika bahkan hanya dengan membaca.

Penulis berhasil menghidupkan tokohnya sesuai dengan karakter masing-masing. Hanya saja menurutku, karakter Nadia belum banyak mendapat porsi disini. Oya, aku menemukan kesalahan pada halaman 198, yang dimaksud adalah Kennath tapi yang ditulis adalah Ronald. Sebenarnya, masih penasaran sih sama kelanjutan hubungan Mona dan Kennath gimana. Hmm.. gimana kalau Kennath sama aku aja? *gandeng*

 “Bukankah mengampuni lebih baik daripada mendendam? Bukankah mengasihi lebih baik daripada membenci? Aapakah ia hanya akan mengasihi orang-orang yang mengasihinya? Bukankah kasih sesungguhnya adalah mengasihi siapa saja tanpa terkecuali.”
-halaman 245

Gimana tertarik juga baca novel ini? Kamu bisa mendapatkan satu paket novel cantik secara cuma-cuma di pekan terakhir blogtour ini! Btw, ini giveaway spesial karena nggak cuma ikutan di blogtour dan giveaway aja, kamu juga bisa berpartisipasi di program baca bareng via twitter setiap pkl 19.00-selesai.

Jadi cara ikutan program ini gampang aja
1. Punya alamat pengiriman di wilayah Indonesia.
2. Follow kami via twitter @rinicipta, @keziaeviwiadji dan @penerbit_bip atau via instagram @rinspirations @keziaeviwiadji dan @bipgramedia. Like juga fanpages facebook penulisnya di Kezia Evi Wiadji. Follow blog ini sekalian juga boleh.
3. Share informasi blogtour giveaway ini dengan hastag #MeWithoutYou, jangan lupa mention/tag kami sesuai dengan sosial media yang kamu gunakan untuk share. Share-nya boleh sekalian mention temen-temenmu, sesering dan semenarik mungkin. Bebas!
4.Ikuti program #BacaBarengMWY #MeWithoutYou setiap harinya pada pukul 19.00-selesai. Kamu boleh ikutan share pengalaman membaca novel ini (bagi yang udah baca), atau share komentar kamu dengan balas, me-retweet dan sebagainya. Ini juga jadi penilaian yang bisa meningkatkan kesempatan kamu buat menang di blogtour ini, lho!
5. Jawab pertanyaan dengan format nama, akun sosial media (Twitter/IG), email, link share dan jawaban. Pertanyaannya :
“Ceritakanlah pengorbanan apa yang pernah kamu lakukan untuk orang yang kamu sayangi!” 

6. Giveaway ini berlangsung dari tanggal 22-26 Januari 2017 dan diumumkan segera setelah penutupan. Pemenang dipilih berdasarkan jawaban yang paling menarik, jadi siapkan jawaban terbaikmu yaa! Pemenang akan aku hubungi via sosial media/email.
7.Good luck!

You Might Also Like

19 komentar

  1. Nama :Siti nihlatul fuadah
    Akun twiter :@nihlafuadah09
    Link share :Lihat Tweet @Nihlafuadah09: https://twitter.com/Nihlafuadah09/status/823273807699771392?s=09

    Instagram :@nihlafuadah
    Linkshare :https://www.instagram.com/p/BPlMS1QAIaj

    Pengorbanan yg pernah aku lakukan untuk orang yang aku sayang?
    Sahabat : aku tinggal dan sekolah diasrama selama 8 tahun. Gak bisa keluar masuk seenaknya perijinan dan disiplinnya ketat bngt. Tapi untuk para sahabat aku kalau lagi ultah aku berani kabur dr asrama sekedar beli kado atau cuma cake. Walaupun ketika aku yg ultah, jarang ada yg inget. Miris sih tapi aku seneng qo.
    Saudara/sepupu: aku udah sering ngalah bngt dengan embel2 untuk kebaikan dr mereka itu. Apapun macamnya.
    Pasangan : jujur, aku ga pernah punya pasangan ataupun pacaran sampe umurku 18 tahun. Tapi aku tahu,hatiku udah terpaut pada satu orang yg aku tunggu 6 tahun belakang ini. Dan pengorbanan aku biat dia itu menurut aku limayan banyak (bukan menyombongkan diri maksudnya) aku selalu bertahan walaupun dia ingkar janji. Selalu nunggu dia kembali. Selalu menetap jika dia pergi. Ikhlas bngt aku jadi halte dia selama 6 tahun terkahir ini. Aku ga bisa marah saat dia gandengan mesra sama pasangannya. Giliran putis bari dia nyari aku lagi. Dan lingkaran setan itu terus bertahan sampe sekarang. Mulut aku tuh ga bisa ungkapin perasaan. Tapi aku pake tindakan. Dan aku tau. Dia manusia paling gak peka sedunia. Aku udah berusaha sekuat apapun juga dianya tetep aja melengos terus. Sampai...
    Orangtua : pengorbanan aku tuh masih terlalu kecil kalau dibandingab pengorbanan ortu buat aku. Jadi pengorbnan aku yg paling besar buat ortu menurit aku adalah melepas dia yg kutunggu dan menerima perjodohan dr orangtuaku.


    Karna aku juga lelah nunggu dia sadar. Dan karna banyak orang diluar sna yg aku sayang yg lebih pantes nerima pengorbananku dibanding dia yg tak kunjung datang. Sekian kaka... ☺😅

    BalasHapus
  2. Nama : Riza Putri Cahyani
    twitter : @Zhaa_Riza23
    email : rizaputricahyani@gmail.com
    link share : https://twitter.com/Zhaa_Riza23/status/823368342366920704

    Jawaban :
    1) Aku punya seorang sahabat yang sangat aku sayangi. Kami sudah bersama mulai dari TK dan sampai sekarang. Kami selalu sekelas dan tidak terpisahkan bahkan sampai banyak yang bilang kami ini anak kembar. Suatu hari di kelas kami kedatangan murid baru. Aku akui dia ganteng dan pintar. Selepas dari itu aku suka dia dgn semua tingkah konyol dan jahilnya. Aku suka dia dan ternyata dia juga menyukaiku. Tapi ternyata sahabatku juga menyukainya bahkan meminta aku untuk medekatkan dia dgn cowok itu (aku sudah dekat duluan dgn cowok itu). Awalnya aku ragu-ragu tapi melihat binar kebahagiannya setiap cowok itu melihat kearahnya membuatku terpaksa merelakan orang yg aku sukai untuknya. kira-kira sebulan setelah aku mendekatkan mereka ternyata mereka jadian. Aku hanya bisa tersenyum dan selalu mendengarkan ceritanya tentang bagaimana perhatian dan tingkah laku pacarnya itu. Tapi aku tidak menyesal yang penting sampai sekarang kami masih bisa bersahabat dan aku juga sudah mendapatkan seseorang yang bisa membuatku merasa lebih istimewa.
    2) Aku rela menghabiskan waktu libur di asrama dan bilang ke orangtua kalau aku baik-baik aja dan milih gak pulang ke rumah. Padahal sejujurnya aku kangen banget dgn rumah dan keluarga apalagi sudah 10 bulan aku jauh dari mereka. Di satu sisi aku kesepian dan iri dgn semua teman-temanku yg punya kesempatan pulang ke rumah tapi di sisi lain aku gak tega ngebebanin orangtua aku buat biayain aku pulang ke rumah karena ongkos aku pulang dan balik lagi itu bisa 2,5 juta. Jadi aku lebih milih ngalah dan tetap stay di asrama apalagi orangtua aku juga harus bayar uang daful yg jumlahnya gak sedikit.
    3) Selain sahabat yg aku ceritakan di atas aku juga punya seorang sahabat lain yang aku kenal sejak sd. Meskipun tidak selalu bersama seperti sahabatku yg satunya. Kami sempat berpisah dan baru bertemu lagi saat aku mendapat kabar dia sakit parah dan terus mengigau memanggil namaku. Mamanya mendatangi rumahku dan memintaku menemuinya. Aku pun mendatanginya. Aku rela melewatkan seleksi olimpiadeku hanya untuk menemaninya berobat dan memberinya semangat berjuang untuk sembuh. Keesokan harinya aku masih harus bolos sekolah padahal ada ulangan dua mata pelajaran. Aku gak masuk sekolah selama tiga hari dan memilih menemaninya. Sahabatku yg satunya marah karena aku melalaikan sekolah bahkan melewatkan seleksi olimpiade di sekolah. Walaupun pada akhirnya dia menyerah dan memilih kembali ke Sang Pencipta tapi aku tidak menyesal karena setidaknya aku ada di saat-saat terakhir hidupnya. Dan tanggal 14 Januari yg lalu adalah tepat dua tahun kepergiannya.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. nama: Ayu Calista
    akun sosial media: Twitter @ayucalista18
    email: ayucalista18@gmail.com
    link share: https://twitter.com/ayucalista18/status/823517332886536193

    jawaban: Pengorbanan yang paling aku inget itu, memohon ke Abangku dengan sangat untuk menerima pacarku. Meski Abangku udah berkali menolak dan tidak setuju. Menurutnya, dia tidak cocok denganku. Dan karena tidak ada alasan jelas, tentu saja aku berdebat dengan Abangku cuma gara gara membela dia. Tapi, endingnya kami bisa berdamai dan mengobrol dengan kepala dingin. (perjuangan yang paling legendaris di keluarga calista hihi)

    BalasHapus

  5. Nama : Mimi

    Twitter : @mimichinori

    Email : mimifachriyah711@gmail.com

    Link share : https://mobile.twitter.com/mimichinori/status/823711562049421312

    Jawaban :

    Pertanyaannya :
    “Ceritakanlah pengorbanan apa yang pernah kamu lakukan untuk orang yang kamu sayangi!”

    Sejujurnya, aku mungkin enggak pernah berkorban untuk orang yang aku sayang. Tapi, entah ini bisa disebut pengorbanan atau enggak. Sewaktu SMA, aku suka banget sama salah satu boyband korea. Sementara teman dekatku suka sama salah satu boyband Indonesia ─dan sebenarnya aku 'enggak banget' gitu deh sama boyband itu. Waktu itu hari minggu. Setelah praktik olahraga di salah satu stadion, aku dengan sangat terpaksa menemani teman ku ke mall hanya untuk menonton boyband indo itu. Demi pertemanan kami, aku mengorbankan prinsip ku untuk enggak bersinggungan sama boyband itu.😂 sehabis olahraga,dengan celana training,sepatu olahraga dan kaos seadanya aku harus terdampar di mall dan melihat dari kejauhan temanku yang lagi teriak kesenangan ngelihat idolnya nyanyi dipanggung. Waktu itu aku merasa mengorbankan diri untuk menjadi anak alay 😂😂 agak sedikit memalukan dan menurunkan harga diri aku sebagai pecinta boyband korea ternama #eh. Seandainya dia bukan teman dekatku, males banget nemenin nonton boyband itu. Hehehe



    BalasHapus
  6. Nama : Humaira
    Akun Twitter : @RaaChoco
    Email : humairabalfas5@gmail.com
    Link Share : https://mobile.twitter.com/RaaChoco/status/823504710975922176?p=v


    “Ceritakanlah pengorbanan apa yang pernah kamu lakukan untuk orang yang kamu sayangi!” 



    Melepaskan cita-cita yang ada di depan mata agar kakakku bisa menggapai impiannya.


    Menjadi seorang dokter atau arsitek adalah impianku sejak kecil, jadi belajar dengan giat adalah satu-satunya cara agar aku bisa mencapainya. Aku anak kedua dari tiga bersaudara, kakakku laki-laki dan adikku perempuan. Jadi kakakku adalah anak laki-laki satu-satunya, dimana nantinya kakakku punya peran besar untuk membantu meringankan beban yang ayahku tanggung selama ini. Niat awal aku ingin kuliah tentu saja agar aku bisa membantu kakakku yang meringankan beban ayah, berusaha mendapat beasiswa sana-sini yang bahkan sudah diadakan sejak sebelum tes ujian masuk berlangsung. Saat itu kebahagiaan ada di depan mata, beasiswa tembus sehingga aku hanya tinggal tes dan lolos seleksi baru beasiswa bisa berlaku.

    Aku bukan tinggal di kota besar, jadi saat tes ayahku lah yang mengantarkan aku ke Jakarta. Meski jauh beliau tetap sabar dan menemaniku, walau usianya sudah tak muda lagi. Berbekal materi yang aku pelajari dengan rutin di rumah dan sekolah, aku berharap semoga hasilnya memuaskan. Tapi tes pertamaku gagal, sedih tentunya. Kesempatan untuk menggunakan beasiswa yang aku dapat semakin menipis. Tapi ayahku bilang, "masih ada 2 kesempatan lagi, belajar lebih rajin lagi ya biar kamu lolos".

    Tes kedua dan ketiga yang berselang 3 dan 5 bulan dari tes awal ternyata hasilnya sama dengan tes pertama, hilang sudah kesempatan untuk kuliah di PTN Jakarta dan mendapatkan beasiswa untuk meringankan biaya kuliah. Tapi ayahku kembali berkata, "kita coba lagi taun depan ya". Aku kembali semangat, meski ada rasa mengganjal karena terlalu membebani orangtuaku.

    Jadi, setelah 3x tes gagal, lulus SMA aku tidak kuliah, tapi belajar di rumah mempersiapkan diri untuk tes tahun depan. Soal-soal latihan sudah jadi makananku sehari-hari selama hampir setahun terakhir ini, belajar lebih giat dibanding anak-anak SMA lainnya, setahun itu aku mengulang semuanya (pelajaran yang akan diujiankan). Aku yakin tahun depan aku bisa kuliah, mencapai cita-cita, membanggakan kedua orang tua dan meringankan beban mereka nantinya.

    Tahun berikutnya aku ikut tes lagi, masih mengambil PTN di Jakarta.
    Tapi ternyata masih sama dengan tahun kemarin, gagal. Alhasil, saat tes kedua aku mengambil jurusan teknik sipil di salah satu PTN di Bandung. Alhamdulillah aku diterima, tidak sia-sia aku tetap belajar selama setahun terakhir ini. Aku lebih dekat dengan cita-citaku dan selangkah lagi bisa membahagiakan orangtuaku.

    Tapi kendala tidak berhenti disana. Setelah 5 kali tes dan hanya 1 yang berhasil, aku harus menghadapi dilema, yaitu finansial, sedangkan kakakku juga butuh melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Saat itu kakakku hanya baru lulusan D3 (walau sudah bekerja) dan untuk mendapatkan pekerjaan lebih baik di kota besar seseorang dengan basic seperti itu seringkali kurang dilihat. Aku berpikir baik-baik, jika aku kuliah saat itu, kakakku ga akan bisa kuliah, tapi jika kakakku yang kuliah, dia bisa membantu keluarga, meringankan beban yang harus ditanggung oleh ayahku juga ditambah dia akan menikah dan menjadi kepala keluarga nantinya. Akhirnya setelah dipikir matang- matang, lebih baik aku yang tidak kuliah dibandingkan kakakku, sedih sekali pastinya, setelah berusaha keras, dibuai harapan dan latihan soal terus menerus, pada akhirnya aku tidak kuliah juga. Sedih awalnya itu pasti, berat saat memutuskan hal itu. Harus melepas cita-cita yang selangkah lagi dapat terwujud setelah perjuangan panjang.

    Tapi aku bersyukur, keputusanku saat itu tidak sia-sia. Kakakku sangat membantu kehidupan kami akhirnya.

    BalasHapus
  7. nama : Helen Dianawati
    Twitter : @HelenDianawati
    email : sarada.yangsuay@gmail.com
    link share : https://twitter.com/HelenDianawati/status/824141576427413506

    Ceritakanlah pengorbanan apa yang pernah kamu lakukan untuk orang yang kamu sayangi!

    Jawaban :
    Aku tidak tahu apakah ini termasuk pengorbanan atau tidak. Dulu menurut orang-orang terdekatku termasuk mamaku ini adalah pengorbanan, tapi dengan berjalannya waktu, aku merasa ini bukan pengorbanan karena aku bisa melihat kebahagiaan dari orang yang paling aku sayangi dan aku merasa bahagia pula. Orang yang paling kusayangi ini adalah mama. Aku hanya tinggal berdua dengan mama, papa sudah tiada. Menjadi tulang punggung keluarga kecilku, aku pergi bekerja dari pagi-sore kadang sampai malam dengan mama di rumah mengurus rumah dan memasak untuk kami.

    Buatku saat itu yang penting harus mencari uang sebanyak mungkin untuk membahagiakan mamaku, orang yang paling kusayangi. Dan itu berarti aku harus giat bekerja dan bahkan mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih besar dibanding gaji yang kuterima di tempatku bekerja. Aku giat bekerja dan sering lembur, tapi hasil yang kudapat belum maksimal. Malah membuat mama cemas karena jarak rumahku ke halte bis agak jauh dan gelap ketika aku harus pulang malam. Tidak ingin membuat mamaku cemas, aku berusaha mencari pekerjaan lain. Harapanku pekerjaan baru ini memberikan gaji yang lebih besar dan tidak perlu pulang malam sehingga membuat mamaku khawatir.

    Akhirnya aku mendapatkan pekerjaan di Singapura. Aku pergi untuk wawancara langsung terakhir disana setelah selama ini hanya wawancara live via skype. Karena mamaku khawatir aku pergi sendiri dan aku pun khawatir mamaku sendirian, maka pergilah kami berdua kesana. Wawancara berlangsung lancar, gaji yang kudapat juga jauh lebih besar. Tapi aku harus meninggalkan mamaku di Indonesia selama kerja karena hanya aku yang mendapatkan ijin untuk tinggal di Singapura.

    Sungguh dilema hatiku saat itu. Mamaku membesarkan hatiku. Tidak apa-apa kamu pergi dulu, bila ada kesempatan mama akan kesana. Begitu kata mama. Tapi aku tak bisa meninggalkan mamaku sendirian. Jadi aku memutuskan tidak mengambil tawaran itu pada akhirnya, walaupun perusahaan tersebut menambahkan fasilitas dan jumlah gajiku. Mama bertanya, tidak apa-apa nak, Kamu tolak tawaran itu? Kesempatan tidak datang dua kali loh. Ya, gak papa ma. Mama hanya punya aku, kalau aku pergi, mama pasti akan cemas juga kan? Aku juga akan selalu memikirkan mama. Maka akupun kembali ke tempat kerjaku sebelumnya.

    Bertahun berlalu, kerabat dan sahabat menyayangkan keputusanku saat itu. Tapi aku tidak. Aku bisa menemani mamaku dan berbakti padanya. Yah memang gajiku yang sekarang pun lebih kecil jauh dari gaji yang ditawarkan di Singapura dulu. Tapi bisa bersama mama, menemani mama dan tinggal bersama mama adalah hal yang membahagiakan buatku dan buat mama tentunya. Dan aku menyadari kebahagiaan tidak bisa diukur dengan uang. Bila saat itu aku menerima tawaran itu, aku akan jauh dari mama. Mungkin penghasilanku lebih banyak, tapi mamaku akan mencemaskan aku tiap hari dan aku akan merindukan mama tiap hari pula. Pada akhirnya aku sadar keberadaanku didekat mama yang membuatku mamaku bahagia.

    Jadi apakah ini termasuk pengorbanan? Bila mengikuti egoku iya, tapi bila melihat lebih dalam lagi bukan. Dan aku rasa, baik itu pengorbanan atau bukan, selama kita melakukannya untuk kebahagiaan orang yang paling kita sayangi, semuanya merupakan hal yang berharga walaupun awalnya kita melakukannya dengan perasaan terpaksa atau tidak rela. Dengan berjalannya waktu, kita akan menyadari pengorbanan itu tidaklah sia-sia.

    BalasHapus
  8. Nama : leni yuniar
    Twitter : @lenyyuniar1
    Domisili : patianrowo,nganjuk,jawa timur
    Link Share : https://mobile.twitter.com/lenyyuniar1/status/823755805967011840?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C5504062116
    Jawaban=> Pengorbanan?Sebenarnya aku tidak tau pasti bagaimana pengorbanan itu.Hanya saja aku tidak asing dengan kata itu.Aku juga tidak tau apa yang kuceritakan ini sebuah pengorbanan atau sebuah ujian untukku agar selalu bersabar...
    Dari kecil kami adalah teman.Bahkan dulu kami satu sd,dan sekarang satu SMA.Kami selalu berangkat sekolah bersama naik sepeda(boncengan).Aku selalu datang pagi jam 06.15 untuk menghampirinya.Tapi apa yang kudapatkan? Saat aku merelakan waktu tidurku untuk bangun pagi dia malah masih bermimpi saat aku smpai dirumahnya.Dia tak pernah tepat waktu, dia bahkan tak pernah mencoba untuk bangun pagi.Setiap pulang sekolah aku selalu bilang "besok bangunnya lebih pagi ya biar kita nggak telat seperti tadi".Dia pun menjawab dengan mudahnya "ya" tapi kenyataan dia tidak pernah menepati janjinya.Pernah suatu kali saat dia ada tugas kelompok di sekolah dan aku juga sudah capek ingin pulang.Dia memaksaku untuk menemaninya.Aku menerima permintaannya dengan senang hati karna aku pikir itu tidak akan lama sama seperti yang dia bilang"enggak lama kok cuman 1 jam".Oke lah aku menunggunya.Dan satu jam sudah berlalu dia masih sibuk bergurau dengan temannya.Sampai dua jam berlalu dia belum menunjukka tanda2 ingin pulang.Sampai 3 jam berlalu aku sudah tidak tahan.Karna perutku mulai sakit magh.Dan akhirnya aku memaksanya untuk pulang.Sebenarnya aku tidak pernah mempersalahkan hal itu hanya saja.Saat aku di posisinya dia tidak pernah mau di posisiku, untuk menungguku.

    BalasHapus
  9. ama : Raya Mipi
    Twitter : @raya_mipi
    Email : raya.mipi@ymail.com
    Link share : https://twitter.com/raya_mipi/status/824234356960964608

    “Ceritakanlah pengorbanan apa yang pernah kamu lakukan untuk orang yang kamu sayangi!”

    Jawabanku :
    - Pergorbanan? Rasanya aku jarang berkorban untuk orang lain.
    Untuk orang yang aku sayangi? Dulu aku pernah dekat sama seorang teman, cowok.. Dia selalu baik sama aku, selalu perhatian.. sampai aku ngerasa nyaman sama dia. Mungkin boleh disebut cinta. Tapi kita nggak bisa bersama. Aku dan dia beda jauh. Dia itu duda, duda keren, masih muda, seumuran denganku. Aku mahasiswi semester tiga yang punya banyak teman dan aku terkenal suka pilah-pilih cowok. Bayangin coba kalau aku sampai pacaran sama dia? Bisa ribut semua teman-teman aku?!

    Tapi karena aku udah terlanjur nyaman sama dia. Aku pun nggak mempedulikan omongan temanku. Mungkin bisa disebut pergorbanan. Aku tetap jalan sama dia, tetap akrab, meski kadang-kadang aku harus menutup telinga jika mendengar ocehan temanku yang menganggap aku bodoh terus menjalin hubungan dengannya. Sedikit klise sih, tapi itulah kenyataannya.

    BalasHapus
  10. Nama: Rinita
    Akun Twitter: @Rinitavyy Email: rinivir90@gmail.com
    Link Share: https://mobile.twitter.com/RinitAvyy/status/823163503489916928?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C4964637384
    Q: Ceritakanlah pengorbanan apa yang pernah kamu lakukan untuk orang yang kamu sayangi!"

    A: Untuk sekarang ini, rasa sayangku tidak bisa di bagi, selain sepenuh hatiku hanya untuk "Kedua Orang Tua-Ku." Karena hakikatnya memang Orang tua lah orang pertama yang harus dan wajib di sayangi. Terlebih dari prinsip tersebut, yang lain adalah nomor dua, nomor tiga, dan nomor selanjutnya. artinya bukan priorotas.
    Terfokus pada pertanyaan diatas yang di suruh menceritakan pengorbanan apa yang sudah aku lakukan untuk orang tuaku. Jawabannya: Menurutku, semua hal yang sudah dan akan aku lakukan selama ini untuk kedua orang tuaku masih belum bisa disebut Pengorbanan. Melainkan adalah semata-mata disebut KEWAJIBAN. Iya, KEWAJIBAN. kewajiban anak kepada orang tuanya. seperti kewajibanku membantu ibuku memasak. kewajibanku belajar dengan rajin, sedangkan orangtuaku bekerja keras membiayai selolahku. kewajiban bersopan santun dan bertata krama. Kewajibanku untuk selalu menjaga rasa hormat dan martabat kedua orang tuaku di hadapan masyarakat umum. serta kewajiban-kewajiban lainnya. Yang jika di bandingkan dengan pengorbanan orang tua ku kepada ku. kewajibanku itu bakal tampak kecil sekali, bakal tidak ada apa-apanya, atau malah nggak kelihatan. Sangat jauh lebih besar dengan PENGORBANAN
    dari seluruh jasa orang tuaku, yang menjadikan aku ada di dunia ini. plus kasih sayang yang mereka beri. Iya, KEWAJIBAN-ku itu belumlah cukup di sebut PENGORBANAN. Bahkan sampai se-u-mur-hi-dup-ku pun masih Be-Lum-Cu-Kup.

    BalasHapus
  11. nama: Khaerunnisa akun sosial media Twitter : @NhisaMinoz75 email : khaerunnisa0198@gmail.com
    link share : https://mobile.twitter.com/NhisaMinoz75/status/824316532914147328?p=v

    “Ceritakanlah pengorbanan apa yang pernah kamu lakukan untuk orang yang kamu sayangi!” merelakan kesempatan menawar mata kuliah demi sahabat saya, saya punya sahabat kemana-mana selalu bertiga, orang-orang menjuluki kami dengan sebutan trio kwkwkw, tiga sedarah, atau tiga serangkai. Kedua sahabat saya ini selalu ada disaat saya senang maupun susah, mereka berdua ini sahabat seperjuangan. Ketika semester 3 kita udah bisa menawar mata kuliah keatas, dengan catatan IPK kita harus tinggi, saat itu saya mendapat nilai IPK, cukup tinggi, jadi saya berniat untuk menawar mata kuliah. tapi sayang, kedua sahabat saya ini mendapatkan nilai yang lumayan rendah, sehingga kesempatan menawar tidak mereka dapatkan. Saat tau mereka tidak bisa menawar, saya mengurunkan niat saya untuk menawar mata kuliah walau kesempatan ini hanya datang sekali, tapi tak apalah. Akan beda rasanya jika saya menawar dan harus masuk kelas tanpa mereka berdua, itu rasanya seperti kehilangan sosok sahabat, karena kita mau ngapain aja selalu bertiga. Dan saya tidak mau mata kuliah yang akan saya tawar nanti menyita waktu saya bersama sahabat, di karenakan mengurus tugas-tugas. Tidak apalah saya menyiyakan kesempatan ini demi mereka, toh mereka juga selalu berkorban untuk saya, jadi sekarang waktunya saya mengorbankan sesuatu untuk mereka.

    BalasHapus
  12. Nama: Rina Fitri
    Twitter: @Rinafiitri
    Email: Riinafiitri@gmail.com
    Link Share: https://twitter.com/Rinafiitri/status/824408506065317889

    Kalau bicara masalah pengorbanan sepertinya aku harus flashback kembali ingatanku ke beberapa tahun yang lalu dan mengingat-ingat apa saja yang sudah kulakukan, mungkin di antaranya terselip sebuah pengorbanan. Yang aku ingat dulu pas SMA aku mendapat perlakuan yang tidak terlalu menyenangkan dari teman-teman sekelasku. Awalnya aku bertahan, berpikir itu tidak akan lama. Tapi lama-kelamaan aku mulai lelah, mulai seperti ada beban setiap bangun di pagi hari dan mengingat aku harus sekolah. Sempat berpikir untuk menyerah dan pindah sekolah saja, tapi kemudian aku teringat orangtuaku yang sudah capek2 membayar uang pendaftaran saat masuk ke sekolah itu. Jadi aku memilih bertahan. Setiap hari aku menangis dan hanya kepada Yang Di Atas aku menceritakan semuanya.
    Satu hal lagi yang kulakukan demi orangtuaku. Tahun lalu aku tidak mengikuti les intensif SBMPTN karena tidak mau membebani finansial orangtuaku. Rasanya aku tidak tega jika meminta uang 2-3 juta untuk mengikuti les. Hampir semua teman-temanku mengikuti les di bimbel2 ternama, hanya aku yang tidak. Tetapi aku tidak menyerah, aku belajar secara mandiri di rumah hanya berbekal soal2 dari internet yang kudownload. Tetapi hasilnya? Aku bisa lolos SBMPTN. Tetapi kemudian masalah datang lagi. Karena aku sudah duluan membayar uang pendaftaran di ptn lain yang lulus lewar jalur SPAN (jalur undangan dari Perguruan Tinggi Keagamaan), dengan terpaksa aku melepas kesempatan tersebut. Aku sangat sedih karena sudah capek berjuang tetapi kemudian harus kulepas, tapi inilah pengorbanan yang kulakukan. Ibuku memang sudah bilang, jika aku lolos di SBMPTN, sebaiknya aku tetap ambil yang SPAN saja karena sudah membayar uang registrasi. Aku juga merasa tidak boleh egois dengan menghanguskan uang yang sudah dibayar orangtuaku.
    Sekian, maafkan kalo panjang.

    BalasHapus
  13. Nama: Kurnia Lidyaningtyas
    Twitter:@_detektifhati
    E-mail: Kurnialidyaningtyass@gmail.com
    Link share: https://twitter.com/_detektifhati/status/823438135702921220

    “Ceritakanlah pengorbanan apa yang pernah kamu lakukan untuk orang yang kamu sayangi!”

    Jawab:

    Pengorbanan yang pernah aku lakukan untuk orang yang aku sayangi adalah, ketika aku rela di jauhi teman-teman hanya untuk seorang sahabat.
    Adalah ketika aku kelas 6 SD. Aku duduk bersama sahabatku. Namanya, Um*. Dia adalah teman yang baik dan pintar namun berasal dari keluarga yang tak mampu. Dia anaknya rajin, sekolah juga tidak pernah bolos. Meskipun dia sakit, dia tetap saja berangkat ke sekolah. Dan dia berangkat ke sekolah jalan kaki, padahal jarak antara rumah dan sekolah cukup jauh, jika di tempuh dengan jalan kaki, kurang lebih sekitar 45 menit.

    Seminggu menjelang UN, dia mendapat masalah, yang barangkali sampai detik belum bisa dia lupakan. Aku mendengar desas-desus dari teman-teman sekelasku katanya dia lagi hamil. Tapi aku nggak percaya. Dan waktu itu kebetulan sudah satu minggu dia nggak masuk sekolah. Ketika minggu berikutnya dia masuk sekolah, aku lihat dia sudah duduk di bangkunya, tepatnya di sebelah bangkuku. Anak-anak yang lain nggak ada yang mau bertanya sama dia, padahal ku lihat wajahnya begitu murung.

    Untuk mengklarifikasi desas-desus yang ada akhirnya aku pun mencoba memberanikan diri bertanya sama dia. Aku pura-pura minta di temani ke kamar mandi. Setelah di kamar mandi, aku tanya ke dia. Apa benar dia itu hamil?
    Dengan raut wajah yang sedih, dia pun menjawabnya. Katanya benar, dia memang hamil. Dan yang menghamilinya adalah laki-laki yang akan di jodohkan orangtuanya dengan dia. Dalam hati aku kesal banget sama orang tuanya, kok bisa masih SD belum lulus sudah main di jodohkan saja. Tapi memang kata temanku itu, di desanya sudah menjadi kebiasaan kalau anak gadis yang mulai tumbuh dan sudah menstruasi setelah lulus SD langsung di nikahkan. Tidak ada pilihan untuk menlanjutkan sekolah. Dulu. Alasannya yang pertama karena wanita ngapain sekolah tinggi-tinggi kalau pada akhirnya akan mengurus anak dan suami, buang-buang duit saja. Begitu kiranya anggapan masyarakat di desa sahabatku itu.

    Semenjak tahu, kalau dia hamil. Dia di jauhi teman-teman yang lain. Alasannya karena kata teman-teman, malu lah, punya teman sudah hamil, padahal belum nikah. Nah di saat itulah, dia cuma punya aku. Hanya aku yang mau berteman sama dia, meskipun pada akhirnya aku ikut-ikutan nggak di sukai sama teman-teman yang lain. Bahkan ketika pulang sekolah aku pun selalu pulang sendirian, karena arah rumah aku dan sahabatku berbeda. Dia ke kanan, aku ke kiri. meskipun begitu, bagiku tak masalah, toh bukan salahnya dia juga kan, dia hamil?
    Alahamdulilahnya, pihak sekolah masih mengizinkan dia mengikuti UN karena sudah terlanjur terdaftar sebagai peserta UN saat itu. Dan perutnya juga belum membesar, jadi tetap aman.
    Sayangnya, ketika perpisahan sekolah dia tidak datang. Aku jadi nggak bisa lihat dia untuk yang terakhir. Dan sampai sekarang aku juga belum pernah lihat dia lagi.

    BalasHapus
  14. Nama: Bety Kusumawardhani
    Akun Twitter: @bety_19930114
    Linkshare: https://mobile.twitter.com/bety_19930114/status/824608024857866240?p=v
    Email: aki.no.melody@gmail.com


    Perjuanganku yg pernah aku lakukan untuk ibuku agar beliau bangga melihat keberhasilanku ketika aku berjuang masuk ke perguruan tinggi negeri. Ketika SMA, aku berusaha mendapatkan nilai yg bagus mulai kelas satu supaya bisa mengikuti seleksi undangan masuk perguruan tinggi negeri favorit. Aku belajar setiap hari, pulang sore karena belajar kelompok untuk membahas materi yg dipelajari hari itu, mencari soal-soal dari kakak kelas, bertanya pada guru. Hasil kerja kerasku sedikit membuahkan hasil ketika nilai rapor ku mencapai target undangan. Aku yg dipilih mewakili sekolahku untuk mengikuti jalur undangan masuk perguruan tinggi negeri. Ternyata, perjuangan dan pengorbananku belum direstui Tuhan. Aku gagal di jalur undangan. Nilaiku tidak mampu bersaing dengan sekolah-sekolah seluruh Indonesia. Aku belum menyerah, aku belajar lagi agar bisa lolos jalur tes. Aku rajin mengerjakan soal-soal online dan ikut bimbingan belajar, tidak lupa berdoa. Namun, takdir berkata lain.. Aku kembali menelan pil kegagalan. Sedih dan kecewa banget, sudah berusaha tapi belum juga berhasil. Akhirnya, aku memilih masuk di universitas swasta terbaik karena aku selalu ingat pesan ibuku. Pesan beliau yaitu tuntut lah ilmu dimana dan kapan saja, carilah ilmu sebanyak-banyaknya selagi masih muda dan selagi ibu masih bisa membiayai. Aku pun berkuliah di universitas swasta. Aku berusaha fokus untuk segera lulus karena biaya kuliah universitas swasta lebih mahal daripada negeri, supaya meringankan beban ibu yg membayar kuliah. Saat aku lulus kuliah beliau bangga dan tersenyum haru melihatku memakai toga dan membawa pulang gelar sarjana. Kebanggan beliau bertambah karena saat itu aku sudah mendapat pekerjaan.

    BalasHapus
  15. nama: Lenny AR.
    Twitter: @justlynn23
    email: lovelynn[dot]melody[at]gmail[dot]com
    link share: https://mobile.twitter.com/justlynn23/status/824627872216150016

    “Ceritakanlah pengorbanan apa yang pernah kamu lakukan untuk orang yang kamu sayangi!”

    Pengorbanan untuk sahabatku dengan merelakan orang yang aku cintai untuk sahabatku. Jadi aku dan sahabatku itu sudah berteman sejak lama, sudah dari SD kita selalu sama-sama, belajar bareng, main bareng, pergi jalan-jalan bareng, apapun yang kita lakukan selalu bareng-bareng. Sampai pada suatu hari, aku mengetahui kalau sahabatku itu juga suka dengan orang yang aku cintai. Kami ternyata mencintai orang yang sama. Sakit memang ketika aku baru mengetahuinya, tapi aku mencoba berpikir kedepan, karena aku tidak mau sahabatku sakitnya kambuh lagi hanya karena patah hati, akhirnya aku memutuskan untuk merelakan orang yang aku cintai untuk sahabatku saja, aku pikir nggak apa-apa aku sakit hati asalkan jangan sahabatku, orang yang paling berarti untukku, aku ingin melihat sahabatku bahagia bersama orang yang dia cintai. Kebahagiaan sahabatku kebahagianku juga.

    BalasHapus
  16. Nama : Alvanesya
    Twitter : @vanesyakeiko
    Link Share : https://mobile.twitter.com/Vanesyakeiko/status/824651752129646593?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C4377876671

    “Ceritakanlah pengorbanan apa yang pernah kamu lakukan untuk orang yang kamu sayangi!”

    Pengorbanan ya? Sepertinya, aku tidak pernah melakukan pengorbanan apapun. Bahkan ketika aku terlalu keras berpikir tentang sebuah pengorbanan saja, otakku tak mampu menemukan celah dimana aku pernah melakukan pengorbanan. Aku tidak bisa mengingat ataupun memahami apa arti dari pengorbanan itu. Mungkin kebanyakan orang sudah menemukan apa yg telah mereka korbankan. Tapi tidak denganku. Terlalu sulit rasanya memilah kejadian lampau yg seharusnya menjadi sebuah pengorbanan. Atau seharusnya hal itu bukanlah sebuah pengorbanan? Melainkan sebuah kewajiban, kemampuan, keinginan atau apapun selain yg disebut dengan pengorbanan. Semua yg ku lakukan di masa lampau baik itu berdampak ataupun tidak, sepertinya hal itu tidak layak disebut sebagai pengorbanan. Dan jujur saja, sepertinya aku sulit menceritakannya karena aku sama sekali tidak pernah melakukan hal yg disebut-sebut dg berkorban. Karena aku merupakan pribadi yang jarang melakukan suatu hal -pendiam-. Berinteraksi dengan orang tua saja jarang, apalagi dengan orang lain. Mungkin saja hanya sesekali. Meskipun saat ini sepertinya saja belum melakukan sebuah pengorbanan kepada orang-orang yang aku sayangi. Aku yakin suatu saat aku pasti bisa berkorban kepada seseorang yang telah mengorbankan sesuatu untukku. Baik itu pengorbanan besar orangtuaku ataupun pengorbanan kecil dari teman-temanku. Sekian dan terimakasih.

    BalasHapus
  17. Nama: Deva Muhammad Yasin
    Twitter: @devayasinyahya
    Link share: https://mobile.twitter.com/devayasinyahya/status/824657774239895552?p=v

    Ans:
    saya tidak tahu, apakah jawabanku akan dilirik atau tidak, setidaknya saya mwncoba.

    Waktu baca pertanyaan yang diminta kak Rini, saya langsung blank.
    Hati saya seakan tercubit.
    PENGORBANAN?
    Well, saya tidak tau, apakah yang saya lakukan untuk orang yang saya sayangi dapat disebut pengorbanan atau tidak. Karena, pengorbanan yang mereka (orang yang sayangi tidak cuma satu) lakukan untukku lebih banyak dari pada yang kulakukan untuk mereka.

    Dimulai dari ibuku, apakah pantas pengorbanan yang dilakukan ibuku dengan mempertaruhkan nyawa dan hidupnya untuk melahirkanku dan membersarkanku, dibandingkan dengan perbuatan atau balasan kebahagiaan ortu yg kulakukan, sehingga aku menyebutnya pengorbanan. Wow, sehebat apa aku sampai bisa membandingkan pengorbanan ibuku dengan prilaku baikku yang kukatakan 'pengorbananku untuk ortuku'. Oh aku tidak sehebat itu.

    begitu juga untuk ayahku yang mengorbankan tenaga dan pikirannya untuk manfkahiku sehingga aku menjadi orang yang sukses. Well, aku tak kan sanggup mengatakan 'aku berkorban buat ayahku'. tidak bisa dibandingkan pengorbanan 23 tahun yang kulakukan dgn apa yang ayahku lakukan selama hidupnya untukku. Ah, berat rasanya.

    Dan untuk saudara dan teman-temanku yang kusayangi. Aku belum menemukan pengorbanan yang besar yang kulakukan untuk mereka.
    Well, kurasa dengan hadirnya mereka, mereka telah berkorban untuk ku dengan tetap berada disisiku dikala ku sedih dan susah.

    Pengorbanan terbesar apa yang kulakukan untuk orang yang kusayangi?
    Mungkin, akan kukatakan begini.
    semua yang kulakukan untuk mereka, bukan sebuah pengorbanan, tetapi bentuk kasih sayang. Apapun yang kulakukan untuk mereka, bahkan yang menyisakan rasa sakit dan tidak enak dibenakku, aku anggap itu bentuk kasih sayangku bukan pengorbananku.
    Jika semua yang kulakukan untuk mereka kukatakan pengorbanan, maka secara tidak langsung aku menyakiti mereka dan apa yang kulakukan tidak disadari keikhlasan.

    Maafkan, jika jawabanku tidak sesuai keinginan.
    Tapi inilah jawabanku,,,

    Terimakasih atas kesempatannya.

    BalasHapus