Review Novel : Love is The End

02.41

Love is The End

Penulis                 : Christina Tirta
Editor                   : Afrianty P. Pardede
Tebal Buku          : 181 halaman
Tahun Terbit        : 2015
Penerbit               : Elex Media
ISBN                   : 978-602-02-7343-3



Walau sudah lama tidak bertemu, Naira tak sanggup melepaskan obsesinya terhadap Aidan Raharja. Katakan saja norak, tapi Aidan memang cinta pertamanya. Katakan saja ini takdir, yang membuat mereka akhirnya kembali berjumpa di kantor tempat Naira bekerja dengan jabatan sebagai atasan baru Naira. Sayangnya, bukannya membawa harapan baru Aidan malah kembali membuat Naira patah hati dengan mengumumkan bahwa ia telah memiliki kekasih yang bernama Ami. Tidak tanggung-tanggung kekasihnya adalah keponakan GM di tempat ia bekerja sekaligus anak pemilik perusahaan.
Bobbi, kakak Ami, yang merupakan atas Naira, membuat Naira semakin “gerah” dengan sifatnya yang jelas-jelas menunjukkan rasa tidak sukanya pada Naira. Tidak  hanya itu, Bobbi seolah-olah menyimpan banyak rahasia dan melibatkan Naira di dalamnya. Merasa tak punya pilihan lain, Naira pun menjalankan tugasnya  walau dengan perasaan kesal. Tugas-tugas yang akhirnya membuat Naira merasakan sesuatu yang lain pada Bobbi.
***

“Dan percayalah semua itu teramat sangat menyebalkan. Tapi yang lebih menyebalkannya lagi, karena kemisteriusannya itu, dia jadi semacam obsesi ‘sakit’ –ku”
-halaman 6

Novel kedua karya Christina Tirta yang aku baca, setelah sebelumnya berkenalan dengan novel Dangerous Love. Novel ini punya rumus yang mirip dengan novel Dangerous Love, tentang obsesi dan konflik keluarga yang semakin memperumit hubungan percintaan. Di novel ini, kita diajak berkenalan dengan sosok Naira dan Aidan. Mereka bersahabat sejak SMA, terjebak friendzone –setidaknya itulah yang dialami oleh Naira. Bahkan hingga hubungan mereka merenggang dan Aidan menghilang, cewek itu masih terbayang-bayangi sosok Aidan. Naira gagal move on dari masa SMA-nya bersama Aidan dan terus menerus berharap yang tidak pasti. Dengan gampangnya Aidan datang dan pergi, sementara  Naira hanya menerimanya tak berdaya. I hate this!

Sekalinya bertemu, Aidan datang membawa kejutan. Satu, Aidan adalah atasannya yang baru di kantor. Dua, Aidan sudah punya pacar yaitu Ami, yang tak lain adalah adik kandung Bobbi. Naira harus kembali menelan pil pahit. Sedangkan Aidan dengan santainya berusaha menjodohkan Naira dengan Bobbi, si lelaki misterius yang  berkepribadian dingin dan menyebalkan. Sikapnya yang sangat protektif terhadap Ami berimbas juga pada Aidan, sehingga cowok itu siaga satu dengan hal-hal yang terkait  dengan pacar adiknya. Dan Naira masuk dalam daftar pengawasannya. Tapi justru hal itulah yang membuat keduanya jadi dekat secara natural dan nggak ada paksaan dari Aidan seperti rencana awal cowok itu. Apakah move on bagi Naira akan semudah itu? Atau Naira akan tetap terjebak dalam pesona mata Aidan yang selalu mengajaknya berdansa, meski ia tahu Aidan telah memiliki seorang yang ia cinta?

Kalau dibandingkan dengan Dangerous Love, novel ini punya konflik yang dikategorikan tingkat ‘dangerous’ –nya not really dangerous. Bahasanya lebih ringan, diceritakan dari POV1 Naira. Nai bercerita dengan sangat seru, aku seolah sedang mendengarkan curhatannya. Selama membaca, kita disuguhkan berbagai clue yang misterius. Twistnya bener-bener nggak terduga. Banyak part yang aku suka, salah satunya ketika Bobbi bersedia untuk berbagi dengan Naira. Well, ketika berbagi berarti kita udah percaya dan itu adalah modal yang utama dalam sebuah hubungan. Bobbi ini sosok kakak yang loveable dan banyak diimpikan oleh para adik. Penyayang, posesif tapi kadang tidak berdaya kalau udah berhadapan dengan tingkah laku adiknya. Sikap dan tingkah laku yang ia tunjukkan beralasan. Semakin mengenalnya, aku semakin menyukainya.

Selain itu, banyak pembicaraan tentang hidup dan kehidupan yang membuatku tergugah. Pembicaraan itulah yang akhirnya membuat aku mengerti tentang keseluruhan cerita ini. Oya, analogi cinta seperti nasi panas dan sambal juga sangat berkesan hehe.. Lagi-lagi, semuanya tentang pilihan. Manusia selalu memiliki pilihan, bahkan tidak memilihpun adalah sebuah pilihan.

Sebagai pembaca, aku tidak masalah jika penulisnya menambahkan halaman lagi, karena menurutku masih nanggung. Semuanya serba cepat dan belum tuntas –atau sengaja agak menggantung? Karakter tokohnya sudah terbentuk dengan baik, hanya saja aku merasa masih perlu mengenal sosok Ami serta keluarga Ami-Bobbi yang lainnya. Setelah baca novel ini, jadi dapet warning agar tetap waspada jangan sampai terjebak dalam ‘permainan’ yang kita ciptakan sendiri karena waktu bisa mengubah arah hati.


“Satu-satunya cara untuk menghentikan obsesi terhadap seseorang adalah mengganti objek obsesi itu sendiri”
-halaman 90

You Might Also Like

3 komentar

  1. Wahhh... seru nih novelnya..
    Mmm... kayaknya Aidan itu karakter yg jahat banget ya, dan Naira mau lagi dibodohin oleh cinta Aidan..

    Sosok Bobbi, cowok cool kali ya..
    Pengen nih punya novel ini.. :)

    #SalamSapa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo menurutku, Aidan itu sama kayak kebanyakan cowok "nggak peka" wkwk

      Hapus
    2. Kalo menurutku, Aidan itu sama kayak kebanyakan cowok "nggak peka" wkwk

      Hapus