Review Novel : Kenya
00.22
Kenya
Penulis : Kincirmainan
Penyunting : Yuke Ratna Permatasari
Penyelaras Akhir: Ani Nuraini
Syahara
Ilustrasi Sampul : Bella Ansori
Desainer : Dea Elysia Kristianto
Penerbit : Bhuana Sastra
Tebal Buku : 347 Halaman
Tahun Terbit : 2019
ISBN : 978-623-216-064-4
Blurb
Gue Kenya Barika
Bayo, lahir di Kenya, punya adik cowok yang super mega ultra sensitif bernama Afrika.
Seperti cewek lain di
muka bumi ini, gue juga bikin resolusi tahun baru yang nggak berguna sebab
isinya 85% gagal 10% pasti segera gagal dan 5% belum pasti gimana nasibnya.
Kacau.
Delta, cowok yang gue
sayang dari kecil dan mau gue tembak tepat pada malam pergantian tahun, which is bagian dari rencana besar gue
tahun ini, justru jadian sama sahabat gue!
Parahnya, malam itu
gue malah jatuh ke pelukan Data, adiknya Delta!
Oh my God, Kenya, what were you thinking?!
***
“We’re not friends, not yet lovers, tapi gue nggak siap buat jadi nothing buat lo.” –hlmn.69
Novelnya Kincirmainan yang
kesekian yang aku baca. Makin kesini gaya ceritanya masih asyik, page turner
banget. Selipan-selipan humornya bikin ngakak. Novel Kenya ini punya premis
sederhana –cinta segitiga dan friendzone–
tapi eksekusinya ngena. Kisahnya Kenya ini sekilas mengingatkan aku pada The Chronicle of a 35-year-old woman,
karena hubungan kakak adik yang suka sama orang yang sama kali ya, tapi berbeda
banget sih.
Konfliknya di novel Kenya ini
bikin ‘sesak’ haha.. karena terlalu rumit. Terlalu banyak emosi yang terlibat.
Antara Kenya dengan keluarganya, sahabat, mantan gebetan, gebetan hingga temen
senang-senang *eh gimana? Aku merasa ceritanya kurang fokus, berputar-putar. Tapi
tetap aja nggak bisa bikin berhenti baca hingga halaman terakhir. Twistnya
padahal cukup kentara, tapi aku tidak menyadarinya.
“Nggak ada yang nggak rumit kalau mereka mencintai orang semacam lo, Kenya. You could break any heart.” –hlmn 184
Novel ini diceritakan dengan POV
1 versi Kenya. Jadi selama baca aku merasa sangat dekat dengan Kenya. Aku
memahami berbagai perasaan yang dirasakannya. Kenya, sosok yang unik. Secara
fisik udah bisa dilihat di cover buku ya. Rambut keriting, kulit berwarna
kecokelatan yang eksotis, ekspresi wajahnya imut banget kalau lagi manyun gitu.
Secara sifat, Kenya ini sosok yang tegar, mandiri, berani, blak-blakan, punya
daya tarik tersendiri deh. Nggak susah untuk jatuh dalam pesonanya Kenya. Beda
dengan tokoh novel-novel kebanyakan.
Sementara Afrika, adik cowok
Kenya juga ada ilustrasinya di cover belakang. Keduanya sangat bertolak
belakang. Tapi kalo udah scene mereka
bawaannya rame banget. Kenya dan Afrika adalah siblings goals! Mereka saling menyayangi dengan caranya sendiri.
Chemistry Kenya-Data juga klop banget. Sependapat deh dengan Afrika soal mereka
berdua.
Well.. Tokoh yang lain punya peran
yang pas, karakternya juga kuat. Mereka punya rahasia masing-masing yang mendukung
cerita jadi makin rumit. Btw, tokoh-tokoh cowok di sekeliling Kenya sebut saja
Delta, Data, Bang Andre hingga Nanta ini hadir dengan plus minus masing-masing.
Semua ngasi pembelajaran buat Kenya dalam perjalanan asmaranya. Bicara tentang
tokoh favorit, aku paling suka sama sosok Nanta. Meski muncul mulai pertengahan
novel, Nanta langsung mencuri perhatianku. Emm,, gimana yah? Pokoknya dia
menarik aja. Tak perlu banyak effort
*cieh*
Salut dengan penulis yang berani
memunculkan hal-hal yang tidak biasa di masyarakat kita. Label novel ini untuk
pembaca usia 18+ ya. Bukan karena scene yang gimana-gimana sih, tapi perlu
kedewasaan untuk memahami pola pikir, bad habit, perkataan maupun
ketidaklaziman lain yang ada di novel ini. Menurutku tidak mengganggu sih,
karena nyatanya hal-hal tersebut memang ada. Background cerita dari tokoh-tokohnya juga unik. Misalnya aja
asal-usul nama Kenya dan Afrika, pekerjaan dan impian Kenya. Pokoknya explorasi
yang menarik sehingga memunculkan cerita yang segar.
Denger-denger, novel ini akan ada
sekuel-nya. We’ll see. Semoga aku
bisa baca buku lanjutannya juga.
“Jangan pernah merahasiakan apapun dari orang yang kamu cintai. Jangan pernah mengulang apa yang sudah menjadi bagian terburuk dalam hidup kami.”-hlmn. 311
0 komentar