Review Novel : 90 Hari Mencari Suami

06.11


90 Hari Mencari Suami

Penulis                 : Ken Terate
Penyunting         : Raya Fitrah
Penyelaras Aksara : Yuliono/Laura Ariestiyanti
Perancang Sampul : Yogi Fahmi Riandito @yfriandito
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit      : 2019
Tebal Buku          : 360 Halaman

Blurb
Eli panik saat resmi berusia 30 tahun. Mimpi-mimpinya tentang sukses sebelum “30 tahun” kandas seketika karena dia tak hanya belum menikah, tetapi juga tidak punya pacar sama sekali. Kariernya? Sama karamnya dengan kapal Titanic. Dia masih menjadi budak artis di Glow Event Company dan sadar tak bakal pernah naik pangkat menjadi artis itu sendiri.
Kepanikannya berlipat-lipat saat adik perempuannya, Lisa, akan segera menikah. Waduh! Dalam budaya Jawa ada mitos mengerikan; jika kamu didahului menikah oleh adikmu, kamu bakal jadi jomlo. Selamanya.
Eli tak tahu apakah dia ingin menikah dan membangun keluarga. Tetapi, dia yakin tak ingin menua sendiri. Masalahnya, jika tak mau jadi lajang abadi, dia harus menemukan suami dalam waktu kurang dari 90 hari!
Kayak masih belum cukup, Eli dipecat dari pekerjaannya! Adakah yang lebih mengerikan dibanding berusia 30 tahun dan nggak punya pekerjaan?
Ada!
Berusia 30, jobless, jones alias jomlo ngenes, dan terancam jadi perawan tua.
***


“Ironis banget ya, pada usia tiga puluh tahun, aku tak hanya menyadari bahwa mimpi-mimpiku dahulu begitu menggelikan. Namun, juga mimpi itu bagaimanapun menggelikannya sudah resmi gagal teraih. Karena aku sudah tiga puluh tahun!” -hlmn. 12

90 Hari Mencari Suami adalah novel debut Ken Terate di lini Metropop GPU. Sebelumnya Ken Terate banyak menerbitkan novel lini teenlit yaitu Jurnal Jo Series, Dark Love, Minoel dan beberapa buku lainnya serta menjadi salah satu penulis novela Cerita Mamah Muda. Dengan judul dan blurb yang menarik membuatku excited membacanya. Akhirnya, dapat kesempatan ikutan Baca Bareng Minjul lewat Gramedia Digital.

Sebagai novel debut, novel ini termasuk oke. Ide ceritanya khas Metropop banget, menampilkan kisah wanita single yang tinggal di ibu kota, suka duka menjadi pekerjaan serta kegalauan tokoh di usia yang dewasa tapi tidak cukup beruntung dalam hal asmara. Novel ini juga menampilkan anggapan atau kepercayaan pada masyarakat tentang dilangkahi yang katanya akan membuat susah jodoh. Konfliknya ternyata tidak hanya seputar masalah asmara Eli saja, tapi lebih kompleks dari itu. Misalnya aja konflik di pekerjaan dengan atasannya, juga suka dukanya menangani sebuah event. Belum lagi, masalah yang menimpa kedua sahabat Eli, Sandra dan Rosa.

Gaya cerita yang lincah dan kocak membuat novel ini makin seru. Meskipun gaya ceritanya masih agak kaku, tapi aku masih nyaman membacanya. Alurnya memang agak lambat, kurang greget  awalnya tapi makin ke belakang aku makin penasaran dengan misi Eli mencari suami. Penggunaan POV 1 versi Eli, membuat aku merasa dekat dengannya. Kegalauan Eli pada usianya ke-30 sangat beralasan, aku bisa memahami perasaannya. Walaupun usia kami terpaut cukup jauh hehe..

Bicara soal tokoh utamanya, sosok Eli menyenangkan dan menarik, nggak susah sebenarnya untuk menarik perhatian cowok. Dia punya prinsip tentang hidupnya. Scene yang paling suka, kalo udah Trio Macan ini ngumpul, selalu heboh dan kompak meskipun mereka memiliki berbagai pandangan yang berbeda. Moment sedih senengnya mereka, bikin aku pengin juga punya persahabatan yang langgeng kayak mereka.

Selain Eli dan sahabat-sahabatnya, Sandra dan Rosa. Ada cukup banyak tokoh yang dihadirkan tapi punya peran masing-masing. Salah dua yang favorit buatku adalah Dimi, teman masa kecil Eli. Orangnya sederhana, praktis dan bijak banget. Satu lagi Tristan, sosok pekerja keras dan jadi idamanku banget *ditowel Mbak Eli*

Bicara tentang misi Eli, sebenarnya strategi pencarian Eli tidak bisa dibilang gagal. Eli banyak bertemu yang potensial. Tapi kadang banyak hal terjadi diluar dugaan kita kan? Boleh banget punya target, tapi jangan terlalu keras pada dirimu. Tentunya kita juga harus terus berdoa, berusaha dan lebih peka. Kalo kata Dimi sih, kalau bukan jodoh memang mau diapakan? Tuhan sudah menyiapkan jodoh yang lebih baik pada waktu yang lebih baik pula.

“Kadang-kadang, kita mencari terlalu jauh. Kita sibuk kesana kemari, padahal apa yang kita cari sebenarnya sangat dekat. Mungkin kamu perlu santai sejenak melihat sekelilingmu. Siapa tahu kamu menemukan pasanganmu di situ.” –hlmn 193