Review Buku : Wonderful Life
07.43
WONDERFUL LIFE
Penulis :
Amalia Prabowo
Tahun Terbit :
April 2015
Penyunting :
Hariadhi, Pax Benedanto
Ilustrator :
Aqillurachman A.H. Prabowo
Perancang Sampul :
Fajrin Fathia
Penata Letak :
Fajrin Fathia
Penerbit :
POP, Gramedia
Tebal Buku :
169 halaman
Tahun Terbit :
2015
“Sen… dok, Qil.”
“Nes.. Dok.”
“Sendok…”
“Nesdok…”
Jalan hidup Amalia Prabowo terasa runtuh ketika tahu
Aqil, putra sulungnya, menyandang disleksia. Perempuan dengan pendidikan dan
karir cemerlang ini harus berlapang dada putranya divonis tak akan mampu meraih
prestasi akademis. Aqil tidak hanya kesulitan dalam melafal kata dan merangkai
kalimat, tapi juga membaca, menulis dan berhitung.
Tak mau menyerah pada nasib, Amalia berusaha masuk
ke dunia Aqil. Berbekal kesabaran, kemauan untuk mendengar dan memahami, Amalia
menemukan dunia yang penuh arna, imajinasi dan kegembiaraan. Dunia yang
mengubah secara total kehidupan pribadi dan keluarganya.
“Namaku Amalia,
putri bungsu keluarga ningrat jawa yang bependidikan tinggi dan berkecukupan
materi. Ini kisah petualanganku, petualangan hidup jatuh-bangun, petualangan
yang indah. Petualangan yang sempurna.”-hlmn. 2
Amalia Prabowo, bungsu dari lima orang bersaudara
ini tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sangat disiplin dan menjunjung tinggi
pendidikan. Kehidupannya sangat teratur, ia terbiasa untuk merencanakan semua
hal dalam hidupnya. Ia termasuk salah satu siswa berprestasi. Sedari kecil ia
menempuh pendidikan di sekolah terbaik, lulus PMDK dan memulai karirnya dari
nol hingga berhasil menduduki posisi yang tertinggi. Semua tidak terlepas dari perjuangan
dan kerja kerasnya.
Namun ketika ia mendapatkan segalanya, pada saat
yang bersamaan ia mulai mendapatkan ‘peringatan’ dari Tuhan. Karirnya yang
telah dipuncak mendapat cobaan, ia jatuh dalam pada satu waktu. Rumah tangga
yang ia bangun pada usia muda sempat kandas, hingga akhirnya ia memutuskan
menikah lagi lalu berpisah dan menjadi single
mother. Dari pernikahan itu, lahir dua orang anak laki-laki yaitu Aqil dan
Satria. Tidak hanya sampai disitu saja, Amalia harus menerima kenyataan bahwa
putra sulungnya, Aqil memiliki ‘keistimewaan’. Aqil mengalami disleksia, ia
tidak akan pernah berprestasi di bidang akademik sesuai dengan harapan Amalia.
Inilah kehidupan Amalia yang luar biasa.
***
Buku ini memuat kisah Amalia sejak kecil hingga
dewasa, dalam seluruh aspek kehidupannya. Mulai pendidikan, pekerjaan, keluarga
dan cinta. Buku ini terdiri dari 3 bagian
besar yaitu Me, Him dan Us. Tiap halamannya berisikan gambar-gambar ilustrasi,
yang ternyata dibuat oleh Aqil, putra sulung Amalia yang sangat berbakat.
Melalui tiap bagian itu, Amalia berkisah tentang petualangan hidup yang jatuh
bangun. Kehidupan yang tidak hanya akan menginspirasi para ibu yang memiliki
anak yang istimewa seperti Aqil, tetapi juga bagi semua orang. Bahwa Tuhan
adalah sang pemilik kehidupan, manusia harus lebih bersyukur dengan hidup yang
telah diberikan oleh-Nya. Bahwa kehidupan kita harus seimbang dan selaras
dengan skenario yang telah dituliskan-Nya.
Ada beberapa bagian dalam buku ini yang membuatku merasa
haru hingga tersentuh. Pengalaman yang dialami oleh mbak Amalia sangat luar
biasa. Ia juga melewati fase-fase berat dalam hidupnya hingga berada pada titik
dimana ia bisa menerima dan mengubah cara pandangnya terhadap segala yang
terjadi dalam hidupnya. Dukungan dari orang-orang disekitar yaitu keluarga dan
kedua anaknya membuat Amalia semakin kuat.
“Sisi kehidupan
yang selama kuabaikan, ternyata mengajariku banyak hak mengenai kehidupan.
Melalui kesederhanaan dan keterbatasan mereka ternyata terdapat begitu banyak
pelajaran yang bisa ku petik.” – hlmn.123
Melalui buku ini pula, Amalia menunjukkan ilmu parenting dan terapi khusus untuk para
penyandang disleksia yang merupakan keadaan yang akan berlangsung seumur hidup.
Pembaca diajak untuk lebih aware dan
memahami tentang disleksia yang biasanya sering salah ditanggapi oleh
masyarakat umum. Disleksia merupakan gangguan dalam membaca yang disebabkan
kesulitan otak dalam membedakan simbol dan merangkainya serta mempelajari
bahasa. Meskipun penyandang bisa saja memiliki intelegensia yang normal atau
bahkan diatas rata-rata.
“Dalam
keadaan seperti ini, seringkali anak berkebutuhan khusus yang disalahkan dan
menjadi fokus terapi padahal yang perlu disembuhkan pertama kali justru orang tua, lingkungannya.”
–hlmn.77
Wonderful
Life telah diadaptasi menjadi film berdasarkan screenplay oleh Jenny Jusuf. Film
ini diperankan oleh Atiqah Hasiholan dan Sinyo yang akan tayang di bioskop
mulai tanggal 13 Oktober 2016 mendatang.
0 komentar